Bisnis.com, BANDUNG—Ketergantungan terhadap bahan baku impor membuat kinerja sejumlah industri di dalam negeri melemah pada tahun depan. Industri pakan ternak menjadi kandidat potensial mengingat sekitar 80% pasokan bahan baku dibeli dari luar negeri.
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Faiz Achmad mengatakan pemicu utama memburuknya suplai bahan baku impor ialah fluktuasi harga komoditas global ditambah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Industri pakan ternak pertumbuhan per tahunnya sekitar 15%. Ini bisa turun kecil menjadi sekitar 12%. Tapi mudah-mudahan tidak sampai melambat," ujarnya di Bandung, Jumat (22/11/2013).
Komponen bahan baku utama yang paling banyak dipakai adalah jagung dengan porsi sekitar 50% - 51% dalam produksi pakan ternak. Ada pula tepung ikan yang nyaris seluruhnya berasal berasal dari luar negeri.
Sejauh ini terdapat 26 perusahaan besar yang memroduksi pakan ternak. Untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap produk impor, Kemenperin mendorong subtitusi bahan baku dengan komponen yang bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Selain itu, pemerintah juga berencana membebaskan sejumlah komponen bahan baku pakan hewan ternak dari bea masuk. "Jadi, sejumlah produk bahan baku diimpor akan diberi BMDTP atau bea masuk ditanggung pemerintah. Tapi itemnya lebih kepada produk yang jumlahnya tidak bayak, lebih kepada bahan penolong misalnya untuk penambah kadar vitamin dan mineral."
Terdapat sekitar empat komponen bahan baku yang diminta agar mendapat pembebasan bea masuk dan jagung termasuk didalamnya. Tapi pemerintah tak bersedia menerapkan BMDTP untuk item tersebut.
Pasalnya, pembebasan bea masuk jagung impor akan terlalu membebani negara mengingat nilainya mencapai Rp500 miliar. Sedangkan tiga item lain yang akan digratiskan pajak totalnya hanya sekitar Rp50 miliar hingga Rp70 miliar.
"BMDTP ini untuk menekan biaya produksi pakan agar tekanan dari penaikan nilai tukar dolar dan harga bahan baku berkurang. Rencananya, ini akan dibahas mulai tahun depan," tutur Faiz.
Direktur Jendral Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengakui terdapat kebutuhan sejumlah komoditas yang belum mampu dipasok dari dalam negeri. Kinerja bisnis pakan ternak maupun sektor industri agro secara umum sulit menguat selama performa sektor pertanian tak membaik.
"Padahal industri agro adalah industri yang berpotensi besar untuk bisa menjadi sektor unggulan dari Indonesia. Kontribusi agro mencapai sekitar 40% terhadap keseluruhan industri nasional," ujarnya.