Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kakao di Bawah Target

Realisasi produksi biji kakao petani hingga akhir tahun ini tidak sesuai target yang sudah ditetapkan, diperkirakan produksi hanya 460.000 ton, padahal target produsinya ditetapkan sebesar satu juta ton. Anomali iklim disinyalir menjadi penyebab utama rendahnya produksi tersebut.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Realisasi produksi biji kakao petani hingga akhir tahun ini tidak sesuai target yang sudah ditetapkan, diperkirakan produksi hanya 460.000 ton, padahal target produsinya ditetapkan sebesar satu juta ton. Anomali iklim disinyalir menjadi penyebab utama rendahnya produksi tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang mengatakan anomali iklim yang terjadi sepanjang 2013 ini berdampak pada meningkatnya serangan hama penyakit tanaman kakao seperti hama busuk buah dan penggerek.

"Pemerintah memperkirakan produksi mencapai 700.000 ton, tetapi data yang di himpun dari asosiasi menyebutkan produksi hanya sekitar 460.000 ton saja atau stagnan seperti tahun lalu," jelasnya, Kamis (21/11/2013).

Zulhefi berharap produksi biji kakao tahun depan akan meningkat guna mengimbangi pertumbuhan industri pengolahan biji kakao. Karena jika produksi kakao petani tidak meningkat maka sangat dimungkinkan Indonesia akan impor biji kakao dari negara lain.

Tahun ini kapasitas produksi pabrik kakao baru mencapai 350.000 ton per tahun atau dibawah kapasitas terpasang yang mencapai 450.000 ton per tahun. Sementara itu, tahun depan diperkirakan akan ada tambahan pabrik pengolahan baru dengan kapasitas produksi mencapai 60.000 ton per tahun.

"Kami berharap produksi tahun depan mencapai 550.000 ton, sementara kapasitas giling pabrik pengolahan biji kakao diperkirakan mencapai 520.000 ton," katanya.
Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah dengan meningkatkan produktifitas tanaman kakao petani. Saat ini produktifitas rata-rata tanaman kakao petani baru mencapai 400 kg per ha. Nilai tersebut sangat mungkin ditingkatkan menjadi 500 kg per ha.

Selain rendahnya produktifitas tanaman, lahan kakao juga mengalami penyusutan karena dikonversi ketanaman lain. Zulhefi menyebutkan konversi tanaman tersebut terjadi karena harga Kakao yang tidak menguntungkan petani sehingga petani mengganti tanaman kakaonya dengan tanaman yang lebih baik.

"Sentra-sentra produksi seperti sulawesi dan sumatera banyak yang beralih ketanaman perkebunan lain seperti sawit, karet dan juga tanaman pangan seperti jagung karena dianggap lebih menguntungkan," jelasnya.

Karena itulah dia berharap pemerintah segera turun tangan membantu petani kakao dengan menyediakan pupuk gratis, atau benih unggul sehingga meskipun luas lahan menyempit tetapi produksi tetap terjaga karena adanya peningkatan produktifitas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper