Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas Lambok Hutauruk mengatakan manajemen suplai merupakan bidang yang sangat diperlukan di semua sektor, termasuk sektor minyak dan gas bumi.
Dalam seminar bertajuk Building Awareness of Best Practice in Supply Chain Managament, dia menuturkan peran manajemen suplai di SKK Migas sangat penting dan strategis sebagai titik paling ujung dalam pembelanjaan anggaran (expenditure) dan menjadi critical path dalam tahapan proyek.
“Dua per tiga biaya kegiatan usaha hulu migas dibelanjakan melalui fungsi SCM (supply chain management),” katanya melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Jumat (15/11/2013).
Di internal SKK Migas, lanjutnya, prinsip manajemen suplai benar-benar diterapkan, sehingga lembaga ini sukses melakukan efisiensi.
Pada 2012, imbuhnya, SKK Migas berhasil melakukan penghematan sebesar US$155 juta melalui pengadaan fasilitas bersama dan hasil optimalisasi sistem inventory.
“Jumlah efisiensi yang dilakukan SKK Migas terus meningkat sejak 2009 dan selalu melebihi target yang dipatok,” jelasnya.
Dia mencontohkan pada 2009, dicapai efisiensi sebesar US$61,9 juta, jauh lebih tinggi dari target US$35 juta. Selanjutnya, efisiensi pada 2010 tercapai sekitar US$75 juta, kemudian di 2011, mampu menghemat US$143,5 juta dari target US$105 juta.
Menurut dia, tantangan ke depan di sektor migas terletak pada aspek finansial, teknologi, operasional, dan pemberdayaan kapasitas nasional, mengingat sumber migas lebih banyak tersebar pada laut dalam dan di wilayah timur Indonesia, sehingga menyebabkan perbedaan investasi.
“Investasi di darat dan laut dalam sangat berbeda, 1 berbanding 10. Kalau di darat dan wilayah barat investasinya US$8 juta, maka di laut dalam dapat mencapai US$70-80 juta,” terangnya.
Dia mengatakan industri migas adalah industri padat modal, padat teknologi, dan beresiko tinggi, sehingga memerlukan sumber daya pendukung yang lebih tinggi standar dan kualitasnya, termasuk di dalamnya tenaga profesional di bidang manajemen rantai suplai