Bisnis.com, PEKANBARU—Perusahaan sawit di Riau yang tercatat di bursa efek Singapura, First Resources Limited, membukukan penjualan sepanjang 9 bulan pertama tahun ini sebesar US$447,4 juta, turun 4,7% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$469,3 juta.
Sejalan dengan turunnya pendapatan, perolehan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) juga turun 1,5% dari US$246,3 juta menjadi US$242,6 juta.
Laba bersih juga turun 6,9% dari US$164 juta menjadi US$152,7 juta. Hal itu tertuang dalam pernyataan keuangan (financial statements) perseroan seperti dikutip, Kamis (14/11/2013).
Pernyataan keuangan tersebut disusun oleh Chairman First Resources Lim Ming Seong serta Direktur dan CEO First Resources Ciliandra Fangiono.
Manajemen mengklaim penurunan kinerja pada periode ini lebih disebabkan oleh harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) produk sawit yang lebih rendah.
Selain itu, penurunan kinerja juga dipengaruhi oleh rugi kurs yang mencapai US$7,4 juta. Perseroan mencatat selama kuartal III/2013 saja, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi hingga 15%.
First Resources berdiri sejak 1992 dan mencatatkan diri di bursa efek Singapura pada 2007. Berdasarkan data presentasi perseroan seperti dikutip, Kamis (14/11/2013), per 30 September 2013 perseroan mengelola lahan sawit seluas 165.876 hektare.
Berdasarkan laporan tahunan 2012, lahan sawit perseroan seluas 146.403 ha. Artinya, selama 9 bulan pertama 2013, lahan sawit sudah bertambah 19.473 ha.
Tahun lalu, lahan sawit yang seluruhnya berada di Indonesia itu paling banyak berada di Riau seluas 108.168 ha atau lebih dari 70%. Sisanya berada di Kalimantan Barat 34.492 ha dan Kalimantan Timur 3.743 ha.
Selain mengelola lahan sawit, First Resources juga mengoperasikan 11 pabrik kelapa sawit (palm oil mills) di Indonesia. Perseroan menargetkan kompleks pengolahan terpadu yang ada di Bangsal Aceh, Kota Dumai, Riau bisa mulai dioperasikan pada akhir tahun ini.