Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kemasan Diprediksi Hanya Tumbuh 8%

Industri kemasan dalam negeri tahun ini diperkirakan hanya mampu tumbuh 8% atau lebih rendah dari pertumbuhan 3 tahun terakhir.
Direktur Utama PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Andreas Chaiyadi Karwandi (kedua kanan), Direktur Tidak Terafiliasi dan Corpotate Secretary Henry Viktor Parengkuan (kedua kiri) dan Komisaris Johanes Jafar, melihat pengemasan di pabrik PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo, Tangerang, Banten, Senin (11/11). Perusahaan yang fokus pada bisnis kemasan ini berencana menaikkan kapasitas produksi untuk divisi offset printing dari 36.000 ton per tahun menjadi 76.000 ton per tahun. /antara
Direktur Utama PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Andreas Chaiyadi Karwandi (kedua kanan), Direktur Tidak Terafiliasi dan Corpotate Secretary Henry Viktor Parengkuan (kedua kiri) dan Komisaris Johanes Jafar, melihat pengemasan di pabrik PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo, Tangerang, Banten, Senin (11/11). Perusahaan yang fokus pada bisnis kemasan ini berencana menaikkan kapasitas produksi untuk divisi offset printing dari 36.000 ton per tahun menjadi 76.000 ton per tahun. /antara

Bisnis.com, JAKARTA - Industri kemasan dalam negeri tahun ini diperkirakan hanya mampu tumbuh 8% atau lebih rendah dari pertumbuhan 3 tahun terakhir.

Untuk meningkatkan pertumbuhan pada tahun depan, sejumlah perusahaan pengemasan Indonesia direncanankan bakal mengikuti pameran kemasan Interpack 2014 di Dusseldorf, Jerman.

Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (IPF) Henky Wibawa mengatakan redahnya tingkat pertumbuhan tahun ini merupakan dampak dari kondisi ekonomi global yang lamban.

Meski begitu, tahun depan industri menargetkan pertumbuhan 10% seiring dengan kegiatan pameran dan tahun politik yang diyakini bisa meningkatkan jumlah konsumsi barang dalam kemasan.

"Selama 3 tahun terakhir pertumbuhannya pada level 9%, tapi tahun ini sepertinya turun sedikit," katanya dalam jumpa pers pameran pengemasan Interpack 2014, di Jakarta, Senin (11/11/2013).

Henky mengungkapkan bahwa angka pertumbuhan sejak 2005-2012 cukup tinggi. Nilai penjualan kemasan di Indonesia pada 2005 yakni sebesar US$2,5 miliar, tumbuh 12% pada 2009 menjadi US$3,9 miliar, dan tumbuh 9% pada 2012 menjadi US$5,1 miliar.

"Tahun ini kami perkirakan lebih rendah," ujarnya.

Dia menjelaskan pertumbuhan industri pengemasan setidaknya cukup didukung oleh sektor pengemasan flexible dari plastik seperti produk-produk biskuit, dan mie instan dengan kontribusi 45%, sedangkan dari kertas karton 28%, plastik kaku 14%, karung 5%, kaca 3% dan kaleng dari logam 5%.

"Memang kaca tidak terlalu besar karena berkaitan dengan biaya dan investasi yang besar. Sekarang perusahaan berusaha untuk menekan cost produksi dari sisi kemasan melalui berbagai teknologi packaging," jelas Henky.

Menurutnya, industri pengemasan dalam negeri saat ini masih saja terkendala pasokan bahan baku. Umumnya, industri harus mengimpor bahan baku antara 25%-40% terutama untuk kemasan yang berkualitas tinggi. "Paling banyak yang diimpor adalah plastik," katanya.

Sedangkan bahan baku lain termasuk kertas, resin, dan film, perekat, tinta, aluminium foil, kaca, dan anyaman masih bisa diperoleh dari dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper