Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debit Air Waduk Saguling Turun

Bisnis.com, BANDUNG — PT Indonesia Power hanya akan mengoperasikan turbin penghasil listrik pada malam hari seiring dengan penurunan pasok air ke Waduk Saguling pada musim kemarau ini menjadi 15-20 meter kubik per detik.

Bisnis.com, BANDUNG — PT Indonesia Power hanya akan mengoperasikan turbin penghasil listrik pada malam hari seiring dengan penurunan pasok air ke Waduk Saguling pada musim kemarau ini menjadi 15-20 meter kubik per detik.

Kepala Unit Bisnis Pembangkit Saguling PT Indonesia Power Del Eviondra mengatakan mekanisme seperti ini sudah rutin dilakukan oleh unit pembangkit ketika musim kemarau tiba sehingga kapasitas listrik yang diberdayakan hanya sebesar 50%.

"Dari kapasitas produksi listrik kita sebesar 700 MW, saat ini tidak akan seluruhnya digunakan. Karena dari empat turbin yang ada tidak semuanya dioperasikan," katanya, saat dihubungi wartawan, Kamis (5/9/2013).

Menurutnya, tidak difungsikannya seluruh turbin tersebut akibat terjadi penurunan debit air yang masuk ke Waduk Saguling dengan tingkat elevasi 636 dari sebelumnya mencapai 643 pada musim hujan. Sehingga musim kemarau merupakan momentum yang tepat untuk melakukan perawatan.

Dari ke-empat turbin, hanya dua turbin yang beroperasi malam hari yang menghasilkan daya masing-masing 100 MW dari output maksimal daya listrik hingga 175 MW.

"Kedua turbin itu memikul beban puncak pukul 18.00-22.00 WIB untuk kebutuhan listrik interkoneksi Jawa-Bali. Kalau debitnya maksimal, hingga 643 meter diatas DPL, kami bisa mengoperasikan keempat turbin," ujarnya.

Meskipun air yang masuk berkurang, tapi pihaknya memastikan pasokan air listrik tidak terganggu karena karena tingkat elevasi akan tetap dijaga hingga 624. Meskipun pada tingkat elevasi 620-616 masih bisa digunakan.

Penyusutan itu diperparah pasokan air Sungai Citarum yang penuh dengan sampah. Sungai terbesar di Jabar itu membawa 20.000 meter kubik sampah bercampur limbah domestik, pabrik, dan gulma atau setara 4.000 truk sampah per bulan.

Sampah dari sungai Citarum juga membuat ongkos pemeliharaan turbin meningkat. Bahkan, umur waduk juga menyusut 30%. Oleh karena itu, dia berharap masyarakat dan pemerintah lebih peduli terhadap PLTA Saguling. "Kelebihan PLTA Saguling, listrik hanya butuh 14 menit untuk sampai kepada interkoneksi. Berbeda dengan pembangkit batu bara yang membutuhkan waktu hingga 6 jam," katanya.

Untuk sementara waktu, PT PLN akan mengandalkan keandalan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi).

Diharapkan mulai Desember hingga Mei tahun depan Waduk Saguling bisa kembali dimaksimalkan untuk menyedikan pasokan dalam sistem transmisi kelistrikan Jawa Bali yang mencapai 500 KV.

Meskipun demikian, dia mengakui pada tahun ini musim kemarau mengalami kemunduran jadwal. Berdasarkan prediksi BMKG, hujan berlangsung hingga Mei, akan tetapi faktanya hingga Juli curah hujan masih terus berlangsung.

“Sehingga air masih tetap tinggi. Saat ini ketinggian air di waduk telah mencapai 640,2 meter," ucapnya.

Menurutnya, keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) saat ini menjadi andalan sistem Jawa dan Bali. Dalam setahun pihaknya menargetkan mampu memproduksi listrik sebesar 2.600 GWH.

Saat ini posisinya sudah mencapai 2.100 GWH dan akhir tahun bisa mencapai 2.300 GWH. Dalam pengoperasiannya pihaknya memiliki pola yang diatur bersama-sama antara PLTA, Saguling, Cirata, dan Jatiluhur.

“Tiga PLTA bersama dengan PU, BMKG dan PLN selalu ada pembahasan satuan kerja Citarum setiap tahun,” ucapnya.

UBP Saguling bertugas hanya menyiapkan keandalan mesin dan tidak memikirkan target pendapatan dari penjualan listrik. Di musim hujan seperti saat ini, waktu pemeliharaan mesin menjadi lebih pendek.

Akan tetapi, curah hujan yang tinggipun kerap kali disertai dengan tingginya volume sampah yang masuk.

Untuk itu, pihaknya memasang spin di wilayah Batujajar agar sampah tidak masuk ke waduk. “Setiap hari eskavator bekerja untuk mengangkut sampah dan gulma air mencapai 1 hektare. Selanjutnya sampah itu dikelola oleh koperasi masyarakat sekitar waduk,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdi Ardia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper