Bisnis.com, JAKARTA--Belum selesainya sejumlah permasalahan di industri hulu minyak dan gas bumi akan menghambat pencapaian produksi minyak bumi siap jual atau lifting 2014 yang diusulkan 870.000 barel per hari.
Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari ReforMiner Institute, mengatakan perlu kerja keras untuk mencapai target lifting yang diusulkan dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2014.
Pasalnya, saat ini industri hulu migas masih terkendala dengan pembebasan lahan, panjangnya proses perizinan, dan gangguan keamanan.
“Kalau hanya melakukan upaya biasa saja, saya kira akan sulit mencapai target 870.000 barel per hari. butuh kerja keras untuk mencapai target itu, karena masih banyak permasalahan di hulu migas yang belum selesai,” ujarnya, Senin (19/8).
Komaidi mengatakan target lifting yang paling mungkin tercapai adalah 850.000 barel per hari. Apalagi, saat ini muncul kasus di sektor migas yang berpotensi memunculkan ketidakpercayaan pelaku industri migas terhadap pembuat kebijakan.
Sekretaris Satuan kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengatakan target 870.000 barel per hari dapat dicapai jika Mobil Cepu Ltd dapat berproduksi September atau Oktober tahun depan.
“870.000 barel per hari itu proyeksi terendah kami kalau Mobil Cepu Ltd berproduksi pada September atau Oktober tahun depan. Karena, kalau melihat situasi saat ini target Mobil Cepu berproduksi pada Juli 2014 itu terlalu optimis, lebih masuk akal mereka mulai produksi pada September atau Oktober 2014,” jelasnya.
Pencapaian target lifting tahun depan juga akan ditopang dengan produksi melalui teknik pengurasan tahap lanjut atau enhanced oil recovery (EOR) yang dicanangkan 10.000 barel per hari. Untuk itu, SKK Migas akan berupaya memenuhi permintaan yang diajukan Pertamina untuk dapat melaksanakan EOR.
Selama ini, Pertamina meminta kemudahan perizinan untuk pembebasan lahan saat menjalankan EOR. Sementara mekanisme pembebasan lahan itu membutuhkan peraturan presiden (Perpres) sebagai landasan hukumnya.
SKK Migas memang menggantungkan target lifting 2014 pada produksi di Blok Cepu. Lembaga itu sampai membuat 3 skenario lifting yang didasarkan pada produksi di Cepu. Skenario pertama adalah produksi 860.000 barel per hari dengan asumsi Blok Cepu berproduksi mulai Oktober 2014 atau rata-rata 50.266 barel per hari dan EOR belum menambah produksi Pertamina EP atau 128.889 barel per hari.
Kedua, produksi 880.000 barel per hari dengan asumsi mulai Agustus 2014, Blok Cepu berproduksi rata-rata 57.101 barel per hari dan EOR Pertamina EP menambah 10.904 barel per hari, sehingga total selama setahun menjadi 139.793 barel per hari.
Terakhir, produksi 900.000 barel per hari dengan asumsi mulai Juni 2014, Blok Cepu berproduksi rata-rata 80.197 barel per hari dan EOR Pertamina EP menambah 10.904 barel per hari, sehingga total menjadi 139.793 barel per hari
Selain itu, SKK Migas juga menargetkan 22 proyek pengembangan migas akan berproduksi pada 2014, sehingga menghasilkan 8.920 barel minyak per hari dan 289,5 juta kaki kubik gas per hari (MMscfd).
Lapangan minyak yang akan beroperasi tahun depan antara lain Duri Area-13 yang dikembangkan Chevron Pacific Indonesia dengan produksi rata-rata 1.800 bph, Lapangan UL yang dikembangkan PHE ONWJ dengan perkiraan produksi 1.200 bph.
Kemudian Lapangan West Belani-1 yang dikembangkan PT Seleraya dengan perkiraan produksi 900 bph, serta Lapangan Rantau dan Talang Jimar yang dikembangkan Pertamina EP dengan proyeksi produksi masing-masing 900 bph.
Sementara untuk gas, lapangan yang beroperasi tahun depan dengan produksi cukup signifikan yaitu Lapangan Musi Timur yang mencapai 145 MMscfd, dan Lapangan Beringin dengan 22 MMscfd yang dikembangkan Pertamina EP.
Selanjutnya, Lapangan Kepodang yang dikembangkan Petronas Carigali Muriah dengan 29 MMscfd, serta Lapangan Senoro yang dikembangkan Pertamina Hulu Energi - Medco Energy dengan 25 MMscfd.