Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyorot tingginya defisit neraca perdagangan yang turut andil menyebabkan tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Hal itu diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat ditemui usai menghadiri Upacara Peringatan HUT ke-68 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta hari ini, Sabtu (17/8/2013).
Agus menegaskan tekanan yang terjadi terhadap mata uang rupiah bukan hanya disebabkan oleh faktor eksternal yang terjadi di ranah global, melainkan juga disebabkan faktor internal yang terjadi di dalam negeri.
"Khususnya neraca perdagangan, kok bisa impor kita besar begitu dan ekspornya cuma sedikit," ujar Agus.
Lebih lanjut Agus menyorot perlunya perbaikan dalam neraca barang, neraca migas, non migas, dan jasa.
Menurut Agus tidak apa-apa jika yang banyak diimpor merupakan barang modal.
Akan tetapi dia menyayangkan apabila kebanyakan impor merupakan barang konsumsi atau barang yang masuk ke Indonesia hanya untuk memanfaatkan pasar dalam negeri.
"Kan idealnya impor masuk, kemudian dilakukan proses nilai tambah [terhadap barang impor] untuk kemudian diekspor [kembali]"
Hal tersebut, ujarnya, perlu koordinasi antara pemerintah dan pemerintah daerah bersama dengan Bank Indonesia.
Dengan memperbaiki faktor internal tersebut, Agus optimistis nilai tukar rupiah akan menunjukkan keseimbangkan.
"Rupiah nanti akan mencerminkan fundamentalnya. Dia [rupiah] mencerminkan nilai tukarnya."