Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri alas kaki dalam negeri kesulitan mengejar target ekspor pada tahun ini. Padahal target telah diturunkan menjadi US$3,6 miliar dari realisasi tahun lalu yang mencapai US$5 miliar.
Ketua Asosiasi Perusahaan Sepatu Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menyebutkan kondisi ini masih merupakan imbas penaikan upah minimum buruh pada awal tahun ini. Penaikan upah dituding sebagai penyebab utama pemutusan hubungan kerja di industri alas kaki akhir-akhir ini.
"Pada tahun ini saja untuk mencapai ekspor US$3,6 miliar kami megap-megap. Formula kenaikan upah minimum ini permasalahan mendasar. Kami butuh kepastian," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (15/8/2013).
Lebih lanjut, Eddy mengatakan pengusaha alas kaki tidak akan sanggup jika kenaikan upah minimum mencapai 30%. Dia menginginkan kenaikan upah minimum hanya sebatas inflasi dan untuk industri padat karya dibedakan dengan jenis industri lainnya.
Tak hanya permasalahan upah, terhambatnya impor bahan baku industri di pelabuhan belakangan ini juga menghambat kinerja industri alas kaki. Pasalnya, keterlambatan bahan baku mengakibatkan keterlambatan produksi.
Eddy mengaku memahami keinginan pemerintah untuk meminimalisasi importasi. Meski demikian, pemerintah harus memperhatikan importasi bahan baku untuk industri. "Sekarang kecepatannya semua kacau balau," pungkas Eddy.