Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kopi Capai Level Tertinggi

Bisnis.com, JAKARTA — Pengiriman kopi dari Indonesia untuk Nestle SA (NESN) naik ke level tertinggi dalam 4 tahun terakhir pascapergolakan harga dan penjualan biji kopi sebelum Ramadan.

Bisnis.com, JAKARTA — Pengiriman kopi dari Indonesia untuk Nestle SA (NESN) naik ke level tertinggi dalam 4 tahun terakhir pascapergolakan harga dan penjualan biji kopi sebelum Ramadan.

Ekspor dari Lampung, Bengkulu, dan Sumatra bagian selatan lainnya menanjak 378% ke angka 55,709 ton dari 11.648 ton pada Juni. Jumlah itu adalah yang tertinggi sejak Juni 2009, yaitu 57.282 ton. Sumatra bagian selatan memasok 75% pasokan kopi instan dan bijih kopi Indonesia.

Pengiriman tersebut juga jauh melampaui pengiriman kopi pada Juli 2012 sejumlah 21.685 ton. Adapun robusta merangkak naik 9,9% menjadi US$1.873 per ton di NYSE Liffe dari US$ 1.704 pada 14 Juni.

Menurut analis PT Bursa Berjangka Jakarta Renji Betari, selama 2 tahun terakhir kopi menjadi komoditas dengan performa terburuk. Harga kopi terus terkoreksi hingga melampaui 50%, menjadikan kopi ada di posisi buntut dibandingkan dengan komoditas lain seperti cokelat, jagung, gula, dan gandum.

“Hampir tidak ada rebound dalam 2 tahun terakhir, kalau ada rebound sedikit itu wajar saja,” kata Renji saat dihubungi Bisnis, Kamis (1/8/2013). Performa buruk itu, menurut Renji, karena hasil panen yang melimpah di Brasil dan Vietnam.

Bursa berjangka robusta membukukan reli  di London pada Juni setelah petani di Vietnam menahan biji kopi untuk mengerek harga. Pada saat yang sama kondisi cuaca di Indonesia tak mendukung produksi kopi sehingga mengakibatkan telat panen dan pengiriman lebih lambat. Hal itu menyebabkan harga melonjak 6,5% pada Juli, tertinggi sejak Mei 2012.

Harga berangsur turun setelah petani menjual biji kopinya karena khawatir hujan akan merusak kualitas kopi. Penjualan petani itu juga terpengaruh kebutuhan mereka yang meningkat untuk menyambut Lebaran minggu depan.

Adapun pengiriman dari Indonesia diprediksi turun 19% menjadi 6 juta bag (360.000 ton) tahun ini. Badan Pusat Statistik mengatakan, penurunan ini adalah yang tertinggi sejak 2007.

Renji mengatakan, durasi koreksi yang cukup panjang menandakan harga kopi punya kesempatan bagus untuk rebound. “Saya harapkan, tahun ini ada peningkatan mengikuti coklat dan gandum,” kata dia.

Sementara itu, untuk panen akan datang, hasil panen diramalkan turun ke angka 9,58 juta bag dari 11,04 juta. Para pengekspor menawarkan biji kopi untuk pengiriman bulan Agustus pada harga US$100 per ton di atas harga di NYSE Liffe, turun dari US$150 menjadi US$180 pada awal Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper