Bisnis.com, JAKARTA - Budidaya sorgum semakin menjanjikan karena dapat dikembangkan menjadi pangan, pakan ternak, dan biofuel.
Soeranto Human, pemulia gandum dan sorgum Patir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), mengatakan sorgum merupakan tanaman serelia yang bisa dikembangkan di lahan kering dan kering.
“Sorgum merupakan tanaman potensial sebagai sumber pangan yang mampu mensubstitusi beras dan gandum,” ujarnya dalam diskusi Substitusi Gandum dengan Teknologi Pemuliaan dan Pengolahan Sumber Daya Hayati Lokal, Senin (29/7/2013) .
Batan telah melepas varietas sorgum Pahat atau pangan sehat yang direkayasa dengan iradiasi sinar gama. Varietas ini bisa beradaptasi dan berproduksi dengan baik di lahan marjinal.
Sorgum pahat tersebut memiliki kualitas biji atau tepung yang baik untuk pangan sehingga disebut sebagai varieas grain sorgum. Bahkan sorgum dinilai potensial untuk mensubstitusi gandum. Adapun produktivitasnya ditaksir mencapai 5 ton/ha.
Selain itu, Batan juga tengah mengembangkan galur mutan yang memiliki kadar gula tinggi pada jus batang. Pada 2014, varietas sweet sorgum ini akan dilepas dan dikembangkan untuk produksi bioetanol.
Soertanto menambahkan riset Batan juga tengah mendalami forage sorgum yang memiliki hasil biomasa tinggi untuk pakan ternak yang ditargetkan rampung pada 2015.
Ketua Kelompok Tani Sorgum Subang Darman Natakusuma menuturkan sorgum sangat potensial untuk menjadi komoditas agroindustri. Pasalnya, tanaman ini tumbuh di lahan kering, dengan risiko kegagalan yang kecil dan budidaya yang mudah.
"Sorgum ini jangan hanya di daerah marjinal, harusnya di tanah yang datar dan masal. Kalau di pegunungan akan menyusahkan panen karena perlu pakai alat mekanisasi," ungkapnya.
Tanaman sorgum akan tumbuh dengan subur apabila ditanam tepat di awal musim kemarau. Pasalnya, hujan berisiko menimbulkan jamur yang memperlambat masa panen.
Pengembangan sorgum juga dilakoni PTPN II. Manajer Perkebunan PTPN II I Made Susilatama mengatakan budidaya sorgum PTPN II di Ngawi hingga Banyuwangi ditargetkan 3.000 ha.
Pola budidaya PTPN II dengan tumpang sari di sela-sela tegakan pohon karet, kapuk randu, dan kelapa. "Hingga Juli 2013 telah terealisir 2.200 ha dengna estimasi produksi 4.000 ton," katanya.
Made mengungkapkan masalah benih menjadi penghambat pengembangan budidaya sorgum. Pasalnya, banyak masyarakat yang tertarik untuk menanam sorgum namun kesulitan mencari bibit bersertifikat.
"Masyarakat penasaran cari benih sorgum untuk budidaya. Dari NTB dan NTT datang tapi kami tolak karena tidak ada sertifikatnya," ungkap Made.
Terkait pemasaran hasil panen, PTPN II telah menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan dengan kontrak penyediaan pasokan sebanyak 1.600 ton dengan harga Rp2.200/Kg.
"Soal harga masih bisa dinegosiasikan dengan pembeli. Saat ini masyarakat belum begitu kenal jadi agak sulit, tapi saya yakin 5 tahun ke depan akan meningkat," tuturnya.
Sementara itu, anggota Kadin Indonesia Utama Kajo mengaku tertarik dengan pengembangan industri biofuel berbahan baku sorgum."Kalau bioetanol harus gandeng perusahaan besar. Kami dengan investor Korea siap masuk," ungkap Utama.
Sebagai gambaran, bioetanol diproduksi dari fermentasi cairan batang sorgum dicampur nira aren. Batang sorgum yang digunakan adalah yang berumur 80-90 hari. Dari 1 ha lahan sorgum dengan produktivitas 15 ton/tahun itu dapat dihasilkan 6.000 liter bioetanol per tahun.
"Hasilnya bioetanol 99,5% bisa dipakai untuk kendaraan," katanya.