Bisnis.com, JAKARTA-PT Pertamina (Persero) akan menaikkan harga liquefied petroleum gas (LPG atau elpiji) tabung 12 kilogram secara bertahap hingga mencapai harga keekonomiannya setelah Lebaran tahun ini.
Vice President LPG and Gas Product Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan penaikan harga secara bertahap itu diperlukan agar perseroan tidak terus merugi dari elpiji.
Apalagi, badan usaha milik negara (BUMN) itu juga sudah mengajukan usulan penaikan harga elpiji tabung 12 kg sejak lama.
“Untuk besaran kenaikannya kami serahkan kepada direksi nanti, tapi memang peluang waktu untuk menaikkan harga elpiji 12 kg itu ya setelah lebaran,” katanya di Jakarta, Senin (29/7/2013).
Gigih mengungkapkan penaikan harga elpiji tabung 12 kg itu sebenarnya telah dimasukkan ke dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang telah disetujui oleh Kementerian BUMN.
Selain itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga telah merekomendasikan untuk mengurangi subsidi yang tidak perlu, seperti subsidi harga elpiji 12 kg.
Menurutnya, Pertamina akan terus mendorong agar harga produk elpiji tabung 12 kilogram bisa menyamai contract price Saudi Aramco yang sekitar Rp10.000 per kg, sementara saat ini harga jual elpiji 12 kilogram ke masyarakat hanya Rp4.500 per kg.
Selain itu, perseroan juga akan berupaya memindahkan beban biaya nonproduk kepada konsumen. “Kami juga ingin agar biaya refueling dan transportasi dikeluarkan dari biaya Pertamina, meskipun tidak banyak,” jelasnya.
Awal 2013 Pertamina sempat mengusulkan penaikan harga elpiji 12 kilogram sebesar 36,2% yang akan diberlakukan mulai Maret 2013 kepada pemerintah. Dengan begitu, harga jual elpiji 12 kilogram akan menjadi Rp7.966,7 dari Rp5.850 per kg.
Nantinya, harga elpiji dari agen ke konsumen akan naik dari Rp70.200 menjadi Rp95.600 atau naik Rp25.400 per tabung kemasan 12 kg.
Dengan penaikan ini maka diproyeksikan akan mengurangi kerugian Pertamina dari bisnis elpiji 12 kg sebesar Rp1,1 triliun atau menjadi tinggal Rp3,9 triliun dari yang sebelumya Rp5 triliun.
Selain itu, Gigih juga menyebutkan dana Rp1,1 triliun dari pemangkasan kerugian penjualan Elpiji 12 Kg itu nantinya dapat digunakan sebagai dana investasi pembangunan infrastruktur penyimpanan gas. Tempat penyimpanan itu akan menggantikan floating storages di Situbondo dan Teluk Semangka.
Penyimpanan gas tersebut direncanakan akan berkapasitas masing-masing 100.000 MT. Saat ini, Saat ini, Pertamina memiliki floating storage gas dengan kapasitas sebesar 200.000 MT yang digunakan untuk menyimpan cadangan gas Elpiji untuk 16 hari.
Pertamina terakhir kali menaikkan harga elpiji 12 kilogram pada Oktober 2009 sebesar Rp100 per kg dari sebelumnya Rp5.750 per kg menjadi Rp5.850 per kg.
Sementara biaya produksi elpiji terus mengalami penaikan dari sebelumnya pada 2009 hanya sekitar Rp7.000 menjadi Rp10.064 per kg. (ra)