Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lokasi Pengembangan Bikin Harga Gas Mahal

Bisnis.com, JAKARTA - Lokasi pengembangan gas bumi yang ada di lepas pantai membuat harga keekonomian gas untuk domestik meningkat.

Bisnis.com, JAKARTA - Lokasi pengembangan gas bumi yang ada di lepas pantai membuat harga keekonomian gas untuk domestik meningkat.

Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan lokasi lapangan gas saat ini ada di wilayah laut dalam. Hal itu berbeda Arun dan Bontang yang ada di onshore, sehingga biaya pengembangannya lebih murah dibandingkan dengan pengembangan lapangan gas saat ini.

"Karena sekarang lapangan gas adanya di laut dalam, makanya perlu peralatan yang lebih canggih dan investasi lebih besar. Wajar kalau harga gas saat ini tidak semurah dulu," katanya di Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Rudi mengungkapkan selama ini harga rata-rata gas domestik hanya sekitar US$5 per MMbtu, sementara harga gas rata-rata internasional saat ini sekitar US$15 per MMbtu. Padahal saat ini harga keekonomian gas berbeda antara lapangan gas yang satu dan lapangan gas lainnya.

Selama ini, lanjut Rudi, pemerintah memaksa sektor hulu menjual gasnya dengan harga US$5 per MMbtu. Meskipun sebenarnya ada lapangan ga yang memiliki harga keekonomian gasnya di ata US$10 per MMbtu.

"Kami memformulasikan kuota ekspor dan domestik dari suatu lapangan untuk mencapai harga keekonomiannya. Boleh gas yang diproduksi 100% untuk domestik, asalkan harganya naik," jelasnya.

President Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz mengatakan saat ini lapangan migas yang ada di Indonesia merupakan lapangan kecil yang memiliki keekonomian yang kecil. Untuk itu, diperlukan harga yang menarik untuk gas agar perusahaan mau mengoptimalkan produksi dari lapangan migas yang kecil itu.

“Lapangan migas di Indonesia saat ini tidak seperti dulu, sekarang kan lapangannya kecil dengan keekonomian yang marjinal juga. Makanya, kalau harga naik tentu akan membantu industri hulu migas lebih optimal dalam memproduksi gas,” katanya.

Lukman mengatakan jumlah kenaikkan 40% yang diusulkan sudah cukup baik dan mendekati harga keekonomian gas. Saat ini, harga keekonomian gas masih dihitung berdasarkan keekonomian lapangan migasnya, karena setiap lapangan migas memiliki nilai keekonomian yang berbeda.

Suryo Bambang Sulisto, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengatakan pelaku usaha saat ini lebih mementingkan kepastian pasokan gas dibandingkan dengan kenaikkan harganya. Apalagi, saat ini banyak banyak perusahaan yang sudah menggantungkan usahanya pada gas.

“Pelaku usaha sekarang justru sangat mengharapkan pasokan gas ini betul-betul bisa diandalkan, dan suplainya mencukupi kebutuhan. Karena pasokan gas ini jelas bisa mengganggu produsen yang menggunakan gas,” katanya.

Suryo mengungkapkan pelaku usaha pasti menerima kenaikkan harga gas seperti yang diwacanakan SKK Migas. Pasalnya, saat ini harga gas di dunia memang telah tinggi, sehingga memang pelaku usaha harus melakukan penyesuaian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper