Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan bongkar muat (PBM) tetap ngotot untuk dapat menangani relokasi muatan kategori sensitif terhadap cuaca dan mudah rusak dari lini 1 ke gudang atau tempat penimbunan sementara (TPS) tujuan di lini 2 pelabuhan Tanjung Priok, dengan jaminan kepastian keamanan kargo serta menekan biaya logistik di pelabuhan itu.
Juswandi Kristanto, Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) DKI Jakarta mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan dalam pembahasan antar asosiasi terkait dan Pelindo II Tanjung Priok pada akhir pekan lalu (Jumat,5/7/2013) agar kegiatan relokasi barang jenis itu tetap dilakukan oleh PBM.
“Soalnya PBM yang tetap bertanggung jawab jika barang tersebut rusak.Selama ini jika ada kerusakan saat relokasi kami yang di komplain,” ujarnya kepada Bisnis hari ini, Senin (8/7/2013).
Dia mengungkapkan barang-barang yang sensitif dan mudah rusak itu di antaranya cold roll coil, tin plate dan bahan baku plat, serta steel envelope.
“Untuk tetap menjaga kwalitas barang-barang itu memerlukan penanganan dan peralatan khusus saat menurunkan maupun menaikkan ke atas truk, serta tidak boleh kena hujan karena rawan berkarat,” paparnya.
Juswandi mengatakan, volume kargo jenis itu yang di bongkar muat melalui dermaga konvensional pelabuhan Tanjung Priok mencapai lebih 1 juta ton/tahun.
Dia mengatakan, kegiatan relokasi atau pindah lokasi penumpukan (PLP) kargo umum/breakbulk di Pelabuhan Tanjung Priok selama ini juga dilaksanakan oleh mitra perusahaan PLP akibat terbatasnya fasilitas gudang dan lapangan penumpukan di lini 1 atau sisi dermaga. “Apalagi kecenderungannya volume kargo jenis itu saat ini mengalami lonjakan,” tuturnya.
Juswandi mengatakan, dengan peningkatan volume kargo itu sudah sewajarnya penataan kegiatan relokasi, termasuk mekanisme dan tarifnya perlu dibenahi agar tidak membuat biaya tinggi di pelabuhan.