BISNIS.COM, JAKARTA–Pemerintah mewaspadai potensi lonjakan harga minyak dunia akibat krisis Mesir yang dapat mengerek harga minyak mentah Indonesia hingga di atas asumsi US$108 per barel.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan peningkatan harga ICP di atas asumsi APBN-P 2013 akan membahayakan fiskal, karena beban belanja subsidi bakal bertambah besar.
“Jangan sampai ada spekulasi sehingga menimbulkan harga crude meningkat karena itu memukul perekonomian kita, menaikkan impor, subsidi dan menguras devisa kita,” katanya, Kamis (4/7/2013).
Kendati harga Indonesia crude price (ICP) pada Juni masih US$99,97 per barel, harga rata-rata selama Januari-Juni mencapai US$106,5 per barel.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 14 bulan sebagai respons atas kudeta militer terhadap Presiden Mesir Mohamed Mursi.
Harga WTI untuk pengiriman Agustus berada pada US$101,30 per barel, naik 6 sen, dalam perdagangan di New York Mercantile Exchange pada pukul 14.00 waktu Singapura.
Hatta berharap ketegangan politik di Mesir kembali mereka agar tak memberi dampak negatif terhadap perekonomian global, misalnya kenaikan harga minyak dunia.
“Kami prihatin dengan ketegangan politik internal Mesir. Ini bisa memengaruhi situasi pasar global yang sudah rebound,” ujarnya.
Mesir selama ini sangat strategis dalam mata rantai suplai minyak dunia mengingat Terusan Suez digunakan sebagai lalu lintas pengangkutan minyak dari kawasan Timur Tengah ke Barat.
Krisis politik di negeri berjuluk Hadiah Sungai Nil ini selalu mengundang kekhawatiran gangguan aliran pasokan minyak dunia.