BISNIS.COM, JAKARTA--Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor mesin dan peralatan mekanik lainnya sepanjang Januari hingga Mei 2013 menurun 1,74% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2012.
Untuk Mei, jika dibandingkan dengan April 2013, impor mesin dan alat mekanik turun 6,1% atau US$149 juta.
Secara total, nilai impor mesin dan alat mekanik pada Januari hingga Mei 2013 mencapai US$11,16 miliar. Adapun, pada periode yang sama tahun lalu mencapai US$11,35 miliar. Khusus untuk mesin perkakas, pada tahun lalu impor mencapai US$1 miliar.
Meski cenderung menurun hingga Mei, Ketua Gabungan Asosiasi Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (Gamma) Dasep Ahmadi menyebutkan, penurunan impor mesin tersebut terjadi akibat banyak investasi industri yang hampir rampung, khususnya sektor otomotif.
Otomotif merupakan industri yang paling banyak menyerap impor mesin dan peralatan mekanik sebesar 45%, sisanya digunakan sektor lainnya seperti minyak dan gas serta transportasi.
"Regulasi soal LCGC [low cost green car] memang baru terbit, tapi banyak pelaku industri yang sudah mempersiapkan mesinnya. Jadi, penambahan mesin baru tidak begitu banyak," ujar Dasep saat dihubungi Bisnis, Selasa (2/7).
Lebih lanjut, Dasep mengatakan pemerintah perlu berhati-hati dengan lonjakan impor yang akan terjadi pada akhir tahun.
Jika memang terdapat indikasi impor mesin akan terus menurun, dia memproyeksikan penurunan maksimal hanya 5% dari total nilai impor mesin dan alat mekanik pada Mei 2013 atau sekitar US$100 juta. Adapun, penurunan impor ini, ia nilai tidak terlalu signifikan.
Oleh karena itu, Dasep menilai kinerja industri mesin dalam negeri masih memerlukan bantuan yakni komitmen pemerintah. Selama ini permintaan mesin untuk kebutuhan dalam negeri sebagian besar berasal dari pemerintah.
Salah satu komitmen yang dimaksud adalah pemberian insentif untuk mendirikan perusahaan, karena umumnya membutuhkan biaya yang cukup besar. (ra)