BISNIS.COM,JAKARTA --- Pemerintah berencana meningkatkan produktivitas petani kecil tetapi sepertinya program ini bukanlah suatu perkara mudah.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Udhoro Kasih Anggoro mengatakan untuk meningkatkan produktivitas petani bukanlah suatu perkara yang mudah, pihaknya terbentur masalah minimnya pendapatan yang diperoleh petani.
Minimnya pendapatan yang diterima petani disinyalir sebagai akibat dari kecilnya kepemilikan lahan yang tidak lebih dari 0,5 hektar. dengan penghasilan yang minim itu, praktis petani akan kesulitan dalam mengolah lahan pertaniannya dengan baik.
“Sebagian besar pengeluaran petani itu untuk membeli pangan, tahun ini ‘kan malah sekitar 75% untuk itu saja, artinya petani sudah tidak memiliki kecukupan modal untuk mengembangkan lahannya,” terangnya.
Akibat lain dari minimnya penghasilan ini petani tidak mampu menerapkan teknologi pertanian yang sudah susah payah di bangun oleh peneliti pertanian, karena selama penerapan teknologi pertanian tersebut dibutuhkan biaya lebih.
“Mesin produksi kita yang sebenarnya adalah petani kecil dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar, jadi apa artinya peluang dan teknologi, jika persoalan yang dihadapi petani kecil ini tidak bisa diatasi,” Terangnya.
Sementara itu, Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Fathan A. Rasyid mengatakan pemerintah sudah mengadakan program yang bertujuan meningkatkan produktifitas petani, salah satunya adalah program SLPTT (Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu), yaitu sekolah didirikan bagi petani agar dapat meningkatkan produktifitas lahan pertaniannya.
“Dari sisi program pemerintah ada SLPTT, ada pengawalan dengan didampingi oleh penyuluh. Diharapkan dengan ini penyerapan teknologi akan optimal sehingga outputnya juga akan sesuai dengan harapan,” Katanya. (ra)