BISNIS.COM, JAKARTA-- Pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan pemerintah Vietnam untuk mengoptimalkan pengelolaan cadangan batubara di negaranya.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan MoU selama ini Vietnam memang ingin mempelajari tata kelola produksi batubara dari Indonesia. Pasalnya, selama ini Indonesia menjadi salah satu pengekspor batubara terbesar di dunia dengan cadangan yang mencukupi.
“Mereka [Vietnam] kan memiliki cadangan batubara yang lumayan memadai, tetapi selama ini belum terkelola dengan baik. Makanya, MoU ini dapat menjadi payung hukum untuk kerja sama itu,” katanya di Jakarta, Jumat (28/6).
Susilo mengungkapkan saat ini juga sebenarnya telah ada perusahaan pertambangan batu bara nasional yang melakukan ekspansi di negara itu. Adaro Energy dan PT Pama Persada bahkan sudah memiliki wilayah pertambangan batubara.
Menurutnya, Pemerintah nantinya akan membawa sejumlah pengusaha nasional untuk diajak berinvestasi di Vietnam. Akan tetapi, yang saat ini dapat dilakukan adalah mengembangkan potensi dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) Vietnam dalam hal pengelolaan cadangan batubara.
“Vietnam kan ingin mendapatkan kolaborasi dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral, khususnya batubara. Yang paling mungkin segera dilakukan adalah memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka untuk mengelola pertambangan batubara,” ungkapnya.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara pengekspor batubara terbesar di dunia. Tahun lalu saja Indonesia mengekspor 304 juta ton batubara atau sekitar 78,7% dari total produksi yang sebesar 386 juta ton. Sedangkan tahun ini pemerintah menargetkan ekspor batubara sebesar 306 juta ton atau sekitar 78,7% dari total produksi sebesar 391 juta ton.
Selain itu, Susilo juga mengatakan akan mendorong PT Bukit Asam (Persero) Tbk untuk melakukan ekspansi di Vietnam. Alasannya, perseroan telah memiliki pengalaman yang cukup untuk mengembangkan potensi batubara di negara itu.
Sementara itu Corporate Secretary PT Bukit Asam (Persero) Tbk Joko Pramono mengatakan pihaknya siap untuk melakukan ekspansi di Vietnam. Bahkan saat ini pihaknya telah diminta Pemerintah untuk menindaklanjuti kerja sama di sektor energi, mineral dan batu bara.
“Kami memang diminta untuk menindaklanjuti dengan pertemuan B to B [business to business] dengan pihak Vietnam. Tetapi kami belum tahu bagaimana kerja sama ini nantinya. Yang pasti kami sangat terbuka untuk mengembangkan pertambangan dan proyek lainnya,” ungkapnya.
Selama ini, lanjut Joko, perseroan telah memiliki pangsa pasar di Vietnam. Pada 2011 lalu saja ekspor ke negara tersebut mencapai 24% dari total ekspor tahun itu yang sekitar 4,27 juta ton. Dengan adanya pertambangan di negara itu, maka akan semakin memudahkan perseroan dalam memastikan pasokan untuk Vietnam dan Myanmar.
Untuk merealisasikan ekspansi itu, Bukit Asam harus menggandeng perusahaan lokal untuk memenuhi persyaratan administrasi. Perseroan sendiri sebenarnya telah berencana melakukan ekspansi ke Taiwan dan Vietnam untuk mengantisipasi terus melemahnya harga batubara di China. (ltc)