Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI FARMASI: Pebisnis Khawatirkan Pertumbuhan Kuartal III

BISNIS.COM, JAKARTA- Pelaku bisnis usaha farmasi optimis industri bisa tetap tumbuh hingga 15% meskipun pertumbuhan pada kuartal III dikhawatirkan.

BISNIS.COM, JAKARTA- Pelaku bisnis usaha farmasi optimis industri bisa tetap tumbuh hingga 15% meskipun pertumbuhan pada kuartal III dikhawatirkan.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Darodjatun Sanusi mengatakan pada kuartal I dan kuartal II tahun ini, pertumbuhan industri farmasi cukup baik, yakni sekitar 13 % - 15 %.

Namun, dia sedikit mengkhawatirkan pertumbuhan industri pada kuartal III.

Pasalnya, pada kuartal III, fokus sebagian besar masyarakat lebih tertuju pada konsumsi yang berhubungan dengan bulan Ramadhan, Lebaran, serta tahun ajaran baru sekolah. Hal ini membuat konsumsi farmasi sedikit stagnan.

“Sebenarnya pada Juni sempat stagnan, namun secara keseluruhan kuartal II tetap bagus,” kata Darodjatun ketika dihubungi Bisnis, Kamis (20/6).

Mengenai adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pihaknya mengaku akan ada pengaruh terhadap kinerja industri farmasi. Menurutnya, dampak yang paling besar berpengaruh pada kegiatan distribusi.

“Pemerintah sendiri kan sudah memprediksi memang akan ada pengaruh untuk transportasi,” katanya.

Namun, dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap harga jual pabrik, dia memperkirakan akan ada kenaikan sekitar 4%.

Harga jual pabrik memang diperkirakan akan meningkat maksimal 4%. Tetapi, untuk harga konsumen, hal tersebut bergantung dari masing-masing perusahaan.

“Kan mereka yang menyesuaikan biaya transportasinya, saya tidak dapat memprediksi berapa kenaikan di harga konsumen.”

Selain itu, industri farmasi juga dibayang-bayangi oleh pelemahan rupiah yang sedang terjadi. Pelemahan rupiah sangat berpengaruh lantaran sebagian besar bahan baku untuk farmasi diperoleh dari impor yeng mencapai 93%.

“Semoga rupiah kembali menguat yah. Tapi saya yakin, satu-dua bulan ini dampak pelemahan rupiah belum berpengaruh. Tapi belum tahu selanjutnya,” lanjutnya.

GP Farmasi memprediksi penjualan produk farmasi di dalam negeri pada 2013 mencapai Rp54 tiliun, naik 12%--15% dibandingkan dengan perkiraan omzet 2012 yang sekitar Rp45 triliun. Pertumbuhan industri farmasi relatif tidak berubah setiap tahunnya, yakni maksimal 15%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper