BISNIS.COM, JAKARTA—Wilayah perbatasan semakin menjadi incaran bagi investasi di sektor energi, bukan hanya untuk hulunya, tetapi juga di hilir.
PT Pertamina (Persero) berencana bekerja sama dengan Papua New Guinea National Petroleum Company Limited untuk menggarap potensi migas—baik potensi hulu maupun hilir—perbatasan Indonesia dan Papua Nugini.
Untuk ketenagalistrikan, PLN akan membangun Saluran Udara Tegangan Menengah—SUT jaringan 20 kilovolt hingga perbatasan.
Dirut Pertamina Karen Agustiawan mengemukakan perseroan siap melakukan kerja sama dengan NPCP untuk menggarap sektor hulu dan hilir migas. Perseroan juga tidak tertutup kemungkinan membuka kerja sama di bidang petrokimia dan pembelian liquefied natural gas (LNG).
“Di Papua Nugini, kerja samanya bisa di bidang upstream dan downstream. Kami juga tidak menutup kemungkinan kerja sama di bidang petrokimia dan kita sebagai off taker untuk LNG,” katanya, seperti yang dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Rabu (19/6/2013).
Untuk menggarap potensi itu, kedua national oil company (NOC) itu menandatangani nota ke sepahaman (MoU) untuk menggarap sektor migas. MoU ditandatangani Karen Agustiawan dan Chairman NPCP Frank Kramer.
Selain menggarap potensi migas, MoU itu mencakup kerja sama pertukaran keahlian dan pengetahuan di berbagai segmen mata rantai hidrokarbon, terutama industri hulu migas. Identifikasi peluang bisnis bersama di sektor LNG, termasuk pengembangannya.
Karen mengungkapkan Papua Nugini kini masih bergantung pada teknologi yang digunakan Pertamina yang memiliki perangkat lunak untuk melakukan seismic interpretation. “Kami sebetulnya ingin menawarkan teknologi agar potensi di perbatasan dapat segera diketahui,” ungkapnya.
Chairman NPCP Frank Kramer mengatakan banyak proyek migas di perbatasan yang dapat dikerjakan secara bersama-sama. Perusahaan migas itu meyakini Indonesia akan tertarik dengan potensi migas Papua Nugini, khususnya pengembangan LNG.
“Tentu saja Indonesia akan tertarik mengembangkan sumber daya alam di Papua Nugini, karena cepat atau lambat kami akan kerja sama untuk eksplorasi migas yang ada di perbatasan,” ungkapnya.
Frank menjelaskan NPCP berharap akan ada kerja sama lanjutan di tingkat teknis setelah penandatanganan MoU itu. Dengan demikian, kerja sama pengembangan migas di kedua Negara itu dapat segera dilakukan.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina M Afdal Bahauddin mengatakan MoU yang dilakukan itu untuk melakukan studi bersama potensi yang ada di Papua Nugini. Dari hasil studi bersama itu nantinya perusahaan akan melihat wilayah mana yang potensial untuk dikembangkan secara bisnis.
“Studi bersama ini kan kita harus mengetahui potensinya dan melakukan seismik. Jadi artinya kami akan terbuka terhadap akses data,” jelasnya.
Saat ini, menurutnya, Pertamina dan NPCP baru akan melakukan studi bersama secara menyeluruh dan belum fokus kepada blok migas tertentu. Alasannya, Pertamina masih ingin melihat karakteristik migas dan potensi yang ada di negara
itu.
Sebelumnya, Menteri ESDM Jero Wacik juga menandatangani MoU on Cooperation in Petroleum and Energy Resources Development dengan Minister for Foreign Affairs and Immi gration PNG Rimbink Pato. Selain itu, Wacik juga menandatangani MoU on Cooperation in Mineral and Resources De ve lopment dengan Minister for Mining Byron Chan.
JADI DASAR HUKUM
MoU itu kemudian menjadi dasar hukum dari kerja sama sektor ESDM dan bersifat umum yang perlu ditindaklanjuti dengan kesepakatan lebih teknis operasional. Dengan MoU itu, maka kedua negara akan meningkatkan kerja sama antara pihak swasta kedua negara dengan lingkup kerja sama di bidang eksplorasi dan pengembangan, investasi dan perdagangan, riset, capacity building dan rencana strategis, termasuk mendorong investasi swasta.
Untuk sektor migas, kerjasama dilakukan dalam bentuk unitisasi maupun operasionalnya apabila ditemukan sejumlah cadangan migas di perbatasan.
Saat ini ada satu PSC di Blok Warim dan akan ada tiga studi bersama yang akan dijalankan tahun depan. Selain itu, akan ada pemberian izin apabila diperlukan trasspassing survey seismic dari Indonesia ke PNG dan sharing/exchange data baik subsurface dan surface.
Untuk ketenagalistrikan, PLN akan membangun Saluran Udara Tegangan Menengah—SUT jaringan 20 kilovolt hingga perbatasan. PNG Power Limited akan bangun SUTM dari Vanimo,sampai perbatasan.
Selanjutnya untuk bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, akan dilakukan studi potensi EBT di wilayah perbatasan dan Pengembangan desa mandiri energi di wilayah perbatasan.