BISNIS.COM, BANDARLAMPUNG – Pemerintah berkomitmen untuk memproduksi alat utama sistem perhananan (alutsista) di dalam negeri, agar industri nasional diperhitungkan kekuatannya di kawasan regional.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsudin mengharapkan prioriatas pengadaan alutsista adalah dari dalam negeri, baik bahan baku maupun pembuatannya, baik oleh BUMN maupun swasta.
“Industri alutsista nasional harus berkembang dan besar, sehingga diperhitungkan sebagai regional power,” kata Wamenhan dalam sambutan peresmian keel laying kapal perang jenis angkut AT 3 di galangan PT Daya Radar Utama di pelabuhan Panjang, Lampung, Senin (18/6/2013).
Setidaknya, ada sembilan kapal perang yang telah diproduksi di Indonesia. Selain itu, Sejak beberapa tahun terakhir, industri produk pertahanan Indonesia kembali bangkit, seperti PT Pindad, PT Dirgantara, hingga PT PAK.
Berikut ini adalah produk senjata buatan Indonesia, Panser Anoa, Tank Amfibi PAL-AFV (Armoured Floating Vehicle), kapal perang KRI-Krait-827, pesawat tempur Smart Eagle II (SE II), SUT Torpedo, senapan seperti ss-1, ss-4, ss-5, Sub Machine Gun, hingga ss-13, kapal cepat rudal KCR 60-M, Robot Tempur, hingga Rudal-Roket Kendali.
Sebelumnya, sejumlah alutsista buatan Indonesia telah menarik perhatian sejumlah pejabat tinggi UNIFIL (United Nations Interims In Lebanon) yang mengunjungi Markas Indobatt (Indonesia Battalion) Kontingen Garuda (Konga) XXIII-G/UNIFIL.
Beberapa di antaranya yang sempat dipamerkan yakni Kendaraan Tempur (Ranpur) jenis Anoa 6x6 dan Pistol G2 yang berhasil memenangkan kejuaraan menembak kelas dunia, buata PT Pindad.