BISNIS.COM, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selesai menandatangani proyek perjanjian impor listrik dari Serawak, Malaysia untuk saluran listrik Kalimantan Barat pada Kamis (13/6) lalu.
“Kami sudah menandatangani untuk interkoneksi antara Kalimantan Barat dengan Serawak. Sebelumnya ada beberapa poin yang perlu persetujuan,” ujar Direktur PLN Nur Pamudji hari ini, Kamis (13/6/2013).
Beberapa poin tersebut merupakan poin-poin teknis dan tahapan pembangunan.Harga listrik yang dijual dari interkoneksi Serawak tersebut dipatok oleh PLN sebesar 9 sen dolar perkilo Watt per jam (kWh). Nur mengatakan harga yang diberikan tidak lebih mahal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Pembangkit dari negara tetangga ini meupakan pembangkit listrik dengan tenaga air. Dia mengatakan, untuk masalah harga memang tidak jauh berbeda dengan PLTU, karena semakin kecil daya yang dihasilkan PLTU, justru harga semakin mahal. Meski Kalimantan Barat memiliki potensi batu bara yang sangat besar, tetapi akan sulit untuk membangun pembangkit di tempat tersebut karena jalan masuk menembus hutan.
Daya yang disalurkan dari Serawak direncanakan akan bertahap. Tahap pertama, Serawak Electricity Board, penyalur listrik dari Malaysia tersebut akan mentransmisikan sebesar 50 Mega Watt (MW) pada pertengahan 2015. Tahapan ini akan meningkat hingga mencapai 230 MW. Untuk tahapan tersebut, Nur mengatakan tergantung dari pihak Malaysia.
Sebelumnya, PLN telah menyatakan pembiayaan untuk impor listrik ini sebesar US$117,8 juta. Total pembiayaan tersebut berasal dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$49,5 juta, kemudian dari Agence Française de Développement (AFD) sebesar US$49,5 juta, dan dari perseroan sendiri sebesar US$18,8 juta.