BISNIS.COM, SEMARANG -- Rencana penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah pada pertengahan bulan ini membuat sejumlah eksportir furniture di Jateng yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) resah.
Ketua Asmindo Jateng, Anggoro Rahmadiputro mengatakan keresahan yang dirasakan eksportir furniture mengingat dampak dari penaikan harga BBM itu otomatis meningkatkan biaya produksi dari sisi transportasi, sementara pengusaha tidak bisa menaikkan harga jual di pasar ekspor.
“Rencana penaikan yang masih belum jelas ini justru membuat resah pelaku industri furniture yang berorientasi ekspor, sedangkan untuk pasar domestik justru tidak begitu meresahkan,” tuturnya, Senin (10/6).
Menurutnya penaikan BBM berdampak pada menipisnya margin yang seharusnya diperoleh para eksportir, karena harga jual furniture ekspor tidak bisa dilakukan penyesuaian harga ketika terjadi kenaikan BBM, mengingat kesepakatan harga furniture itu dikeluarkan beberapa bulan sebelum penaikan.
Dia mengatakan apabila salah hitung justru berbahaya, mengingat besaran kenaikan harga jual tidak selalu berjalan seiringan dengan besaran kenaikan harga BBM tersebut.
“Bisa saja misalnya harga BBM naik 15%, harga jual produk kami tidak bisa serta merta dinaikkan juga sebesar itu, jadi memang ada perhitungan yang agak berbeda, tidak selalu seiringan dengan besaran penaikan BBM,” tuturnya.
Menurutnya ketika penaikan harga BBM diberlakukan dan pengusaha dipastikan mengeluarkan biaya lebih besar sementara kondisinya tidak bisa melakukan penyesuaian harga jual, maka yang terkena dampaknya adalah berkurangnya profit yang diperoleh.
“Kalau kondisi kurs rupiah bagus, maka masih sedikit tertolong dengan itu, namun kalau tidak bagus, berarti bakal semakin berat,” ujarnya.
Sementara, lanjutnya penaikan BBM tidak akan begitu berpengaruh untuk pasr dalam negeri, karena sewaktu-waktu bisa dilakukan penyesuaian harga jual, dan daya beli masyarakat Indonesia dinilai masih cukup kuat untuk menerima perubahan harga tersebut.
“Kemungkinan memang akan ada dampak terhadap masyarakat untuk mengerem aksi pembelian, namun hal itu tidak akan berlangsung lama, hanya menunda saja sambil menyesuaikan keadaan,” tuturnya.
Pihaknya juga setuju sudah saatnya harga BBM dinaikkan, namun begitu para pengusaha meminta kepastian, karena berpengaruh juga terhadap kepastian keberlangsungan usaha mereka selanjutnya. (dot)