BISNIS.COM, JAKARTA--Ekonom menilai kurs rupiah berpotensi mengarah ke Rp10.000 per dolar AS dalam 3-4 bulan mendatang akibat sentimen negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menuturkan proyeksi neraca perdagangan yang defisit hingga akhir tahun dapat menekan rupiah.
Dia bahkan berpendapat asumsi nilai tukar rupiah dalam RAPBN-P 2013 sebesar Rp9.600 per US$ terlalu optimistis dan tidak realistis mengingat saat ini kurs sudah bergerak di kisaran Rp9.800 per US$.
“Hampir sulit dicapai (kurs Rp9.600 per US$) mengingat perkembangan neraca perdagangan yang kami lihat akan sulit surplus,” katanya, Senin (10/6).
Sekalipun berdampak positif pada ekspor, depresiasi rupiah akan mengancam stabilitas fiskal karena devisa tergerus untuk membiayai impor. Apalagi, Indonesia masih membutuhkan banyak barang impor, terutama hasil minyak, bahan baku dan barang modal.
Mengutip Bloomberg, kontrak berjangka (non-deliverable forward ) rupiah turun 2,3% menjadi Rp10.355 per US$ pada pukul 15.00 akibat kekurangan dolar di dalam negeri, sedangkan di pasar spot jatuh 0,1% menjadi Rp9.815 per US$.