BISNIS.COM, JAKARTA--Penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) tahun depan diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2013.
Jumlahnya diperhitungkan US$30,3 miliar hingga US$32,6 miliar dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2013 yang sebesar US$31,75 miliar.
Selain itu, tahun depan cost recovery diperkirakan meningkat menjadi sekitar US$16,5 miliar hingga US$17,6 miliar dibandingkan dengan cost recovery dalam APBN 2013 yang sebesar US$15,5 miliar.
Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas) mengatakan selain penurunan penerimaan negara dari hulu migas, mengatakan parameter produksi atau lifting dan harga menjadi faktor utama yang mempengaruhi sensitivitas penerimaan negara dari hulu migas.
Dalam rancangan APBN 2014 sendiri pemerintah mengusulkan lifting migas sebesar 2,09 juta hingga 2,15 juta barel setara minyak per hari (barel oil equivalent per day/BOEPD).
“Dengan lifting migas 2,09 juta hingga 2,15 juta BOEPD dan ICP [Indonesia Crude Price] US$110 per barel, maka diprediksi penerimaan negara sekitar US$31,29 miliar,” katanya di Jakarta, Rabu (5/6/2013).
Rudi menjelaskan setiap kenaikkan ICP sebesar US$1 per barel, maka penerimaan negara akan turun sebesar US$343 juta.
Kemudian setiap kenaikkan produksi migas sebesar 20.000 boepd, maka penerimaan negara akan naik sekitar US$355 juta.
Sementara meningkatnya cost recovery tahun depan disebabkan berproduksinya sejumlah proyek migas tahun depan.
Rudi mencontohkan Lapangan Banyu Urip di Cepu yang akan beroperasi pertengahan 2014, sehingga akan ada tagihan dari proyek itu. (ra)