BISNIS.COM, BOGOR: Ruang terbuka biru (RTB) di Indonesia makin terancam, seiring dengan pembangunan perumahan dan properti yang kurang aspek lingkungan.
Hadi Susilo Arifin, guru besar pada Institut Pertanian Bogor (IPB), mengatakan sewaktu dijajah Belanda, pentingnya ruang terbuka biru sudah dipikirkan, di antaranya dengan dibangunnya 800 waduk.
“Sewaktu masih dijajah Belanda, pentingnya RTB sudah dipikirkan dengan dibangunnya 800 waduk. Saat ini yang tersisa hanya 400 waduk. Ini akibat dari pengembangan perumahan dan properti,” kata Hadi saat memberi arahan awal pada pemaparan mahasiswa Pascasarjanadi Bogor, Rabu (29/5/2013).
Hadi menyatakan RTB (berupa danau, situ) seharusnya bisa menjadi lanskap yang memiliki kualitas lebih baik dan menjadi bagian dari pengembangan properti seperti di Negara Jepang, Thailand, Vietnam (seperti di Hanoi Kota Seribu Danau), Singapura, dan Amerika.
Selain mahasiswa, acara ini dihadiri pejabat Kabupaten Bogor, dan sejumlah pewakilan lembaga swadaya masyarakat.
Sementara itu, berdasarkan riset bertema Penguatan Ekonomi Kecamatan Cibinong Berbasis Pengelolaan Situ Secara Berkelanjutan, terungkap bahwa kecamatan ini memiliki 18 situ yang tersebar di beberapa desa.
Situ sebagai kesatuan siklus hidrolis memegang peranan penting sebagai area tangkapan air sekaligus sebagai bentuk lain kawasan lindung. Namun, sejak 1998 hingga 2010, terjadi kenaikan 35,93% lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun. Dikhawatirkan peningkatan ini akan semakin mengancam keberadaan RTB.
Sebenarnya, berdasarkan pengamatan terhadap 3 situ yakni Cikaret, Pemda, dan Kebantenan, potensi RTB dapat dioptimalkan karena memiliki lokasi strategis, kualitas pemandangan bagus, dan area luas.
Ketiga situ ini merupakan kawasan potensial untuk kegiatan pariwisata. (MFM)