BISNIS.COM, SEMARANG - Eksplorasi sumber minyak dan gas (migas) di wilayah provinsi Jawa Tengah perlu didukung mengingat kandungan minyak mentah di berbagai daerah di provinsi ini potensial dikembangkan.
Gubernur Jateng Bibit Waluyo mendukung pengembangan eksplorasi sumber migas di wilayahnya, guna menarik investasi yang lebih besar, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan daerah (PAD).
Menurutnya, secara hitungan ekonomis, apabila aktivitas proyek sektor migas berjalan maka pemerintah setempat bakal ikut mengembangkan melalui perusahaan daerah dari hulu hingga hilir.
“Jateng potensial untuk investasi termasuk penambangan sumber migas dan kandungan mineral lainnya, jadi perlu didukung dengan asal memperhatikan kesehatan lingkungan dan mengajak warga sekitar untuk berpartisipasi,” katanya, Selasa (28/5/2013).
Di wilayah Jateng diketahui sejumlah perusahaan operator sudah mengincar proyek eksplorasi migas seperti di Kabupaten Grobogan, Pati dan Rembang, setelah potensi proyek migas Blok Cepu di Kabupaten Blora direalisasikan lebih dulu.
Adapun, dari data BPS tercatat nilai ekspor sektor migas wilayah Jateng pada periode Februari 2013 mengalami kenaikan sebesar US$28,91 juta menjadi US$51,60 juta dari periode bulan sebelumnya yang hanya US$22,69 juta.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Jam Jam Zamachsyari mengatakan kenaikan itu a.l karena terjadi peningkatan ekspor minyak mentah yang sebelumnya turun pada periode Desember 2012 hingga Januari 2013.
“Secara komulatif nilai ekspor migas untuk periode Januari hingga Februari 2013 mencapai US$74,30 juta jauh meningkat dibandingkan komulatif Januari-Februari 2012 yang hanya senilai US$38,38,” ujarnya, Rabu (29/5/2013).
Adapun untuk impor komoditas migas bulan Februari 2013 mencapai US$618,69 juta dengan penurunan senilai US$262,63 juta setara 29,80% dibandingkan dengan periode Januari 2013 sebesar US$881,32 juta.
Secara komulatif, katanya, impor sektor non migas periode Januari hingga Februari 2013 mencapai US$1.500,01 dengan penurunan sebesar 8% dibandingkan dengan impor periode yang sama pada tahun lalu sebesar US$1.820,13 juta.