Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENGUSAHA PEMULA: Mereka Siap Bertarung di Asean

BISNIS.COM, JAKARTA: Dea Arianti, namanya. Usianya masih terbilang belia. 23 Tahun. Baru 2,5 tahun belakangan ini, Dea—begitu dia disapa—menekuni bisnis busana muslim dengan teknik rajut. Dibantu 7 distributor dan 20 agen, produk Dea

BISNIS.COM, JAKARTA: Dea Arianti, namanya. Usianya masih terbilang belia. 23 Tahun. Baru 2,5 tahun belakangan ini, Dea—begitu dia disapa—menekuni bisnis busana muslim dengan teknik rajut. Dibantu 7 distributor dan 20 agen, produk Dea kini mulai dikenal luas di pasar domestik. Satu per satu pembeli asing pun mulai melirik produknya.

Dea hanya tersipu ketika disinggung soal omzetnya. “Masih kecil. Baru di atas Rp10 jutaan,” katanya singkat kepada Bisnis. Namun, siapa yang bisa menduga peruntungan Dea ke depannya. Apalagi dengan potensi pasar di Tanah Air yang terus meningkat. 

Itu baru kisah Dea, perempuan lulusan sekolah menengah kejuruan di Bandung. Jika ditilik, masih banyak Dea lainnya yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Ulasan media tentang pengusaha pemula marak ditemukan. Itu baru yang terekam dan tertulis. Tak terhitung pula banyaknya pengusaha pemula, yang notabene adalah anak-anak muda, yang luput dari lampu kamera atau pena wartawan. 

Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), pengusaha muda—pengusaha di bawah 40 tahun—mencapai 40.000 orang. 

Menurut Ketua Kompatemen Humas dan Media Hipmi Yuliandre Darwis, angka itu merupakan estimasi anggota Hipmi yang tersebar di 33 provinsi di Tanah Air.

“Sesuai dengan hitung-hitungan kami, ada 30.000-40.000 pengusaha muda. Yang terbanyak tentu saja di Jakarta, Jawa, Sulawesi, dan Sumatra,” ujar Yuliandre.

Itu baru jumlah pengusaha yang terdaftar di Hipmi. Diperkirakan ada lebih dari seratusan ribu pengusaha muda di luar organisasi Hipmi, yang memang belum terekam dalam data Hipmi. Termasuk Dea, yang mengaku sama sekali belum terhubung dengan organisasi pengusaha muda tersebut.

Tren kemunculan pengusaha muda baru bisa juga terlihat dari masuknya anggota baru di Hipmi. Dengan memanfaatkan cabang-cabang di kabupaten/kota, Hipmi aktif menjaring para pengusaha muda baru. Hasilnya, setiap 3 bulan, selalu ada wajah baru.

Masih menurut data estimasi Hipmi, tercatat hanya 5% dari total pengusaha muda yang tergabung dalam organisasi itu merupakan pengusaha skala besar. Pengusaha tingkat menengah diperkirakan 30%, sementara sisanya yang mencapai 65%, adalah pengusaha pemula. 

Berbekal inovasi dan kreativitas, kaum muda kini menjelma menjadi pengusaha pemula yang tak bisa dipandang sebelah mata. Ketekunan dalam menjalankan bisnisnya selanjutnya akan membawa mereka menjadi calon pengusaha besar. Dari sinilah, cikal bakal pengusaha sukses di Tanah Air bermula. Selanjutnya, peran serta mereka akan turut menopang pertumbuhan perekonomian nasional.

Kontribusi pengusaha pemula ini terhadap perekonomian nasional memang mungkin belum seberapa jika dihitung dari nilai rupiah. Agak sulit juga mengukur seberapa besar sumbangan mereka. Namun, seperti diketahui, perekonomian kita sebagian besar ditopang oleh konsumsi domestik. Di sisi lain, produk yang dihasilkan para pengusaha pemula bergerak di sektor jasa dan produk, yang kini juga menjadi incaran konsumen. 

Potensi ini juga didukung oleh pertumbuhan kelas menengah (consuming class) di Tanah Air. Pada 2010, jumlah penduduk kelas menengah—penduduk dengan pendapatan di atas US$3.600 per tahun—sebesar 45 juta jiwa. Mckinsey Global Institute memperkirakan akan ada tambahan 90 juta orang yang bergabung sebagai penduduk kelas menengah di Indonesia dalam 20 tahun. Dengan demikian, akan ada 135 juta penduduk kelas menengah pada 2030.

Kenaikan pendapatan tentu saja diikuti oleh perubahan pola dan gaya hidup. Pasar ini yang selanjutnya sangat bisa dimanfaatkan bagi para pengusaha muda yang notabene menghasilkan produk-produk unik, inovatif, dan kreatif.

Jangan lupa, saat ini situasi global pun sedang tak karuan. Kinerja ekspor tertekan. Sebagian besar produk yang diekspor merupakan produk-produk yang sangat rentan dengan kondisi global, salah satunya komoditas. Seiring dengan itu, diversifikasi produk baru yang lebih bernilai jual dan berdaya saing pun kian mendesak.

Buah inovasi dan kreativitas dari para pengusaha pemula bisa menjadi salah satu andalan yang dilirik. Bayangkan, jika dikelola dengan baik dan disiapkan sejak dini, prospek usaha dari para pengusaha muda ini tentu bisa menjadi salah satu kontributor perekonomian nasional pada masa mendatang. Dengan demikian, pengusaha muda bisa memainkan peranan sebagai stabilisator perekonomian nasional, manakala perekonomian kita dihantam badai ekonomi global.

 

UJIAN PENTING

 

Ujian pertama bagi para pengusaha pemula tentunya pada saat implementasi Asean Economic Community (AEC) 2015 yang sudah di ambang pintu. Ini memang bukan perkara mudah. Melebur dalam AEC, jelas ada sejumlah keuntungan yang bisa dipetik. Salah satunya adalah akses pasar yang  lebih luas, terutama bagi para pengusaha muda.

Namun, tentu ada pula sejumlah konsekuensi yang harus ditanggung. Pasar Asean yang semakin terbuka tentu juga akan meningkatkan persaingan. Dalam kondisi ini, pasar dalam negeri dituntut mempersiapkan diri semaksimal mungkin jika tidak mau menjadi sasaran pasar bagi produk negara lain.

Bagi para pengusaha pemula, ini tentu adalah tantangan yang sangat berat. Jika mereka yang sudah malang-melintang selama puluhan tahun saja ikut berteriak menjelang AEC, bagaimana dengan para pengusaha pemula.

Kondisi ini disadari oleh Hipmi. Organisasi pengusaha muda itu tengah mempersiapkan daya saing pengusaha muda, terutama para pengusaha pemula.

Menurut Ketua Umum Hipmi Raja Sapta Oktohari, Hipmi bersama pemerintah tengah bekerja sama melahirkan kebijakan bagi para pengusaha pemula yang bertujuan melindungi pengusaha pemula dari tiga aspek, yakni aspek legalitas, aspek finansial, dan aspek pasar.

Dari aspek legalitas, Hipmi melihat proses perizinan usaha saat ini belum cukup ramah terhadap pengusaha pemula. “Untuk bikin perusahaan saja, mereka harus melewati 4 kantor untuk 6 perizinan dalam waktu 46 hari dengan biaya sekitar Rp15 juta. Ini berbanding terbalik dengan Singapura yang hanya 3 hari,” ujarnya kepada Bisnis, (24/4). Ke depan, proses perizinan usaha diharapkan bisa ditekan menjadi kurang dari 10 hari.

Dari aspek finansial, menurut Raja, parameter bankable masih sulit menjamah para pengusaha pemula, sehingga menyebabkan akses pendanaan bagi pengusaha pemula juga sulit. “Kata bankable harus dipermudah.”

Adapun, dari aspek pasar, Raja tak menyangsikan pasar bagi para pengusaha pemula akan terbuka lebar seiring dengan implementasi AEC 2015. Kendati demikian, Hipmi menilai akses pasar ini harus dikawal dengan baik dan merata, sehingga tidak hanya menguntungkan pengusaha besar yang ada di kota-kota besar.

“Pemerintah juga harus menjamin akses pasar bagi pelaku usaha baru dan yang ada di daerah,” katanya.

Kita memang boleh sedikit berlega hati. Masih belum terlalu terlambat untuk mempersiapkan diri menjelang implementasi AEC atau Masyarakat Ekonomi Asean itu. Hitung mundur menuju 31 Desember 2015, masih ada kurang lebih 980 hari atau 2 tahun 8 bulan. Tentu, belum terlambat untuk mempersiapkan pengusaha muda menuju pasar terbuka regional tersebut.

Ke depan, masa depan perekonomian negeri ini akan lebih banyak di tangan para pengusaha muda dan pemula. Semangat kewirausahaan mereka—seperti yang dikampanyekan pengusaha nasional senior Ciputra—bakal menciptakan ketahanan ekonomi sekaligus ketahanan politik. Negara yang sejahtera niscaya akan lebih sehat dalam berpolitik dan berdemokrasi. Di sinilah letak peran penting eksistensi pengusaha muda dan pemula di republik ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper