BISNIS.COM,JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan inflasi akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak berlangsung sesaat, apalagi bila kebijakan itu diambil ketika inflasi dalam tren terkendali.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terbuka peluang terjadi deflasi pada bulan ini akibat mulai menurunnya harga sejumlah bahan pangan.
"Kami melihat tekanan inflasi April--Juni relatif mereda. Kebijakan penaikan harga BBM berada di ranah pemerintah, namun BI akan melakukan simulasi penghitunhan terhadap inflasinya," ujarnya, Jumat (26/4).
BI berasumsi, apabila harga BBM untuk mobil pribadi dipatok Rp7.000 per liter dan diberlakukan di beberapa kota besar akan terjadi tambahan inflasi sebesar 0,79%.
Perry mengatakan apabila kenaikan harga berlaku untuk semuanya, makan sumbangan inflasinya akan sangat tergantung dengan berapa besar nominal kenaikan harga BBM tersebut.
"Seumpama pemerintah menaikkan Rp1.000 per liter maka dampak langsungnya sebesar 0,62%," katanya.
Dia apabila kebijakan penaikkan BBM berdampak pada naiknya tarif angkutan akan menambah inflasi sebesar 0,78%. Sementara itu, dampak tidak langsungnya akan membuat inflasi naik sebesar 0,23%. Apabila dijumlahkan, tambahan terhadap inflasi berkisar 1,6%.
"Sesuai pola musimannya, pascapanen berlangsung pada April-Juni akan mengurangi tekanan terhadap inflasi. Oleh karenanya, BI melihat apabila pemerintah menaikkan BBM pada periode tersebut kemungkinan dampaknya tidak terlalu besar," paparnya.
Berdasarkan hasil pemantauan bank sentral, hingga minggu ke-3 April terjadi deflasi sebesar 0,04%. Kondisi ini terjadi akibat deflasi pada sejumlah bahan pangan.
Bank sentral mencatat laju deflasi terjadi pada cabai rawit sebesar 0,02%, cabai merah sebesar 0,01%, bawang putih sebesar 0,15%, dan beras sebesar 0,05%. Sementara itu, inflasi terjadi pada jeruk sebesar 0,09% dan bawang merah sebesar 0,15%.
"Kami memerkirakan terjadi deflasi pada April, dengan asumsi moderat sebesar 0,04%. Untuk perhitungan pesimistisnya deflasi sebesar 0,01%," katanya.
BI, lanjutnya, mengaku yakin .tekanan inflasi akibat gangguan pasokan dan distribusi berlangsung secara temporer.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti mengatakan rendahnya inflasi bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk memutuskan kebijakan terkait BBM.
"Kalau bicara waktu yang tepat adalah akhir April hingga awal Mei. April sudah dipastikan deflasi, tinggal apakah pemerintah berani memutuskan kebijakan itu dalam waktu dekat atau tidak," ujarnya.
Dia mengatakan konsumsi BBM per triwulan 1 yang sangat besar cukup membebani keuangan negara. Oleh karenanya, lanjutnya, perlu upaya lebih dari pemerintah untuk mengendalikan penggunaan BBM bersubdisi.
Dia mengatakan tekanan inflasi akibat bahan pangan relatif mereda karena pasokannya sudah mulai normal. Tantangan ke depan ialah pemulihan harga emas yang kemungkinan akan menyumbang terhadap inflasi.
Menurutnya, inflasi pada Juni--Agustus kemungkinan akan kembali naik karena ada momentum libur sekolah dan Idulfitri.
DAMPAK KENAIKAN BBM: BI Prediksi Hanya Sesaat
BISNIS.COM,JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan inflasi akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak berlangsung sesaat, apalagi bila kebijakan itu diambil ketika inflasi dalam tren terkendali.Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terbuka
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu
Harga Kopi Makin Pahit Lagi
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
14 menit yang lalu
Seberapa Besar Pengaruh BI Rate Terhadap Pertumbuhan Ekonomi?
46 menit yang lalu