BISNIS.COM,JAKARTA--Pelaku industri mengeluhkan kualitas pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang justru terganggu setelah kenaikan listrik dimulai pada awal tahun ini.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan gangguan tersebut dialami oleh hampir semua pelaku industri petrokimia dari hulu hingga hilir. Tiap pabrik rata-rata bisa berhenti beroperasi sebanyak 3 kali dalam kuartal pertama.
"Tegangan listriknya naik turun. Ini sangat berpengaruh karena produksi petrokimia sensitif terhadap listrik. Jadi kalau tegangannya naik atau turun sedikit saja, kita bisa menghentikan produksi," ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (10/4).
Walau tidak bisa menghitung secara pasti potensi kerugian secara total, Inaplas menaksir untuk satu kali penghentian produksi produsen berpotensi kehilangan US$5 juta.
Selain itu, kualitas produk yang dihasilkan juga menurun karena tegangan listrik yang naik turun itu. "Secara keseluruhan mungkin tidak mengganggu total penjualan pada kuartal I, tetapi kualitas produk jelas turun. Mepet sekali dengan batas bawah spesifikasi yang ditetapkan," sambung Fajar.
Penurunan kualitas pasokan listrik ini justru mulai dirasakan sejak awal Januari ketika harga listrik mulai dinaikan. Pelaku industri petrokimia pun mempertanyakan mengapa kenaikan harga tidak diiringi dengan kehandalan kualitas.
Seperti diketahui, tarif dasar listrik sudah naik mulai 1 Januari 2013 kemarin secara bertahap sebesar 15% hingga akhir tahun. Penaikan tersebut otomatis memberatkan industri petrokimia yang beban listriknya kedua terbesar setelah bahan baku, yaitu sebesar 15% hingga 25%.
Selain itu, pemadaman listrik bergilir yang terjadi di awal April ini juga menngganggu operasional industri.
Eddy Widjanarko Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), mengatakan pemadaman selama 2 hingga 3 jam yang terjadi awal bulan ini cukup merepotkan.
Pasalnya, produsen terpaksa memberlakukan lembur untuk mengejar produksi agar sesuai target. "Dari sisi biaya tidak banyak kerugian, karena kami genjot dengan lembur. Tapi kami cukup cemas karena pemadaman mulai terjadi lagi setelah sudah dua tahun tidak pernah terjadi," jelasnya.
Sebelumnya, PLN memang menerapkan pemadaman listrik secara bergilir di wilayah Jakarta, pada 1-5 April kemarin menyusul perbaikan menara Sutet di Sumedang. "Pekan depan PLN janjinya sudah tidak ada pemadaman bergilir. Semoga betul, karena saat ini industri mengharapkan kepastian. Masa harga naik layanannya begitu," sambung Eddy.