BISNIS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar petani Maret 2013 mengalami penurunan 0,63% dibandingkan dengan bulan lalu menjadi 104,53.
Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga hasil pertanian lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang dan jasa keperluan produksi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan turunnya nilai tukar petani (NTP) ini disebabkan oleh turunnya empat subsektor pertanian, diantaranya tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan.
“NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani. Selain itu, juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi atau untuk biaya produksi,” kata Suryamin saat jumpa pers, Senin (1/4/2013).
Dia menambahkan subsektor tanaman pangan turun sebesar 1,16%, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 0,01%, dan subsektor peternakan turun 0,41%. Adapun subsektor perikanan juga mengalami penurunan sebesar 0,19%. Sebaliknya, NTP subsektor hortikultura naik sebesar 0,04%.
Penurunan NTP subsektor tanaman pangan disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,44% dan naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) 0,73%.
Penurunan It disebabkan turunnya indeks yang signifikan pada kelompok padi sebesar 0,97% dan palawija sebesar 0,48%. Sedangkan peningkatan Ib disebabkan peningkatan indeks kelompok konsumsi rumah tangga hingga 0,82% dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,32%.
Adapun kenaikan subsektor hortikultura disebabkan oleh kenaikan It sebesar 0,70% dan Ib hanya naik 0,67%. Naiknya harga berbagai komoditas kelompok sayuran seperti bawang merah dan cabai rawit yang rata-rata naik 1,19% dan buah-buahan 0,67% membuat It meningkat. Sedangkan peningkatan Ib disebabkan kelompok konsumsi rumah tangga naik 0,76% dan BPPBM naik 0,21%.