BISNIS.COM, JAKARTA—Pemerintah diminta segera menetapkan besaran alokasi dan durasi impor bawang di samping menyiapkan strategi untuk peningkatan produksi dalam negeri. Bagaimanapun juga peluang permintaan bawang ini harus bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Direktur Eksekutif Econit Hendri Saparini mengatakan pemerintah harus bisa menganalisis penyebab lonjakan harga bawang putih dan merah ini.
Apakah disebabkan oleh disparitas penawaran dan permintaan, masalah tata niaga, atau ketidakjelasan data.
“Terkait dengan permintaan, memang komoditas ini mempunyai prospek yang bagus. Dilihat dari investasi PMDN industri makanan dengan porsi 12%. Selain itu di sektor portofolio untuk consumer goods yang didukung dengan pertambahan kelas menengah yang telah mencapai 134 juta orang pada 2010,” kata Hendri kepada Bisnis, Minggu (17/3/2013).
Dia mempertanyakan apakah permintaan yang tinggi ini tidak mampu didukung oleh pasokan barang sehingga harga menjadi melambung.
Jika pasokan yang bermasalah, menurutnya bisa jadi disebabkan karena adanya kekurangan dalam hal tata niaga.
Seperti diketahui lebih dari 90% bawang putih masih didatangkan dari luar negeri. Hal ini berarti importir memiliki posisi tawar yang tinggi.
Jika pemerintah melakukan pembatasan impor, maka mereka bisa dengan mudah mempermainkan harga di pasaran.
Kemudian, lanjutnya, dalam mengambil kebijakan pemerintah harus mempunyai patokan data yang jelas, terutama terkait dengan besaran kebutuhan dan kemampuan produksi dalam negeri.
Banyaknya potensi permintaan akan bawang ini bisa mendatangkan manfaat bagi petani jika pemerintah mampu memanfaatannya.
“Jika dari data saja yang menjadi dasar penentuan kebijakan saja tidak jelas, bagaimana bisa menghasilkan keputusan tepat. Pemerintah juga jangan selalu menjadikan impor sebagai pemecahan masalah. Untuk waktu dekat tidak masalah, tetapi harus dipikirkan juga pemenuhan pasokan dari dalam negeri,” pungkasnya.