JAKARTA--Keengganan peternak sapi skala kecil untuk menjual hewan ternaknya diyakini bakal mengganjal rencana swasembada daging sapi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Juni Liano mengatakan tingkal pelepasan aset peternak hanya mencapai 41%.
"Berdasarkan penelitian dari Institut Pertanian Bogor, dari 100 ekor sapi yang siap distribusi, yang terdistribusi hanya 51 ekor," ujarnya, Jumat (24/2).
Juni menambahkan hulu industri daging sapi di Indonesia tidak terlalu kuat untuk menyokong program swasembada. Pasalnya, sistem agribisnis sapi potong belum mampu menjamin pasokan layaknya sistem agribisnis di ayam.
Tidak kuatnya industri hulu diperparah dengan perbedaan sistem antara pusat dan daerah yang acapkali terjadi. Menurutnya, hal tersebut membuat program yang dijalankan pemerintah pusat tidak berjalan efektif.
"Daerah ada yang punya sistem sendiri. Gubernur Jawa Timur misalnya, membuat surat edaran yang melarang sapi di bawah 400 kilogram keluar dari daerah tersebut," imbuhnya.
Pendapat lainnya disampaikan Thomas Sembiring, Direktur Eksekutif Asosiasai Pedagang Sapi Impor Indonesia (ASPIDI). Menurutnya, prediksi konsumsi sapi nasional sulit dijadikan acuan bagi program swasembada.
"Kelas menengah Indonesia kan sedang tumbuh dan itu mempengaruhi konsumsi sapi nasional," ujarnya.
Thomas mencatat Pemerintah telah tiga kali merevisi konsumsi nasional sejak membuat peta jalan swasembada daging sapi pada 2010 lalu. Terakhir, Pemerintah menetapkan konsumsi daging sapi nasional mencapai 539.000 ton.
Angka tersebut, lanjutnya, masih bisa berubah. Thomas menyebut setiap perubahan konsumsi 100 gram per kapita per tahun, dibutuhkan tambahan 150.000 ekor sapi.
"Kalau bertambahnya 1 kilogram, berarti ada tambahan 1,5 juta ekor sapi lagi," imbuhnya.