MALANG –Bisnis properti bergairah. Ya. Terutama di Malang Raya. Pascabencana lumpur Lapindo yang terjadi sejak 2006, bisnis itu, dalam setahun terakhir ini mulai bangkit.
Ketua Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur Erlangga Satriagung sebagian besar pembeli properti di Malang merupakan warga di luar Malang seperti Jakarta, Surabaya, dan kota besar lainnya.
“Malang ini memang hommy, banyak orang suka dan betah tinggal di Malang. Dalam setahun terakhir bisnis properti di sini [Malang] mulai berkembang pesat lagi, sebelumnya terjun bebas, turun hingga 60% karena adanya bencana lumpur Lapindo yang memutus akses ke Malang,” ujar Erlangga kepada Bisnis, Senin (11/2/2013).
Dia menjelaskan properti di Malang tumbuh kembali setelah adanya jalan alternatif dari Surabaya ke Malang. Menurutnya beberapa pengembang saat ini mulai membangun beberapa perumahan menengah dan menengah ke bawah serta mulai berkembang pembangunan hunian vertikal.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) REI Jawa Timur Komisariat Malang Raya, Heri Mursyid Broto Sejati, juga mengatakan kondisi bisnis perumahan dan properti di Malang Raya terus membaik karena ditopang oleh tiga daerah yang menaunginya.
Heri menuturkan Kota Malang misalnya merupakan kota belanja dan pendidikan, sementara Kota Batu merupakan daerah tujuan wisata, serta Kabupaten Malang yang potensial sebagai daerah pertanian dan mempunyai banyak lahan yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
“Sehingga tidak mengherankan kalau pertumbuhan bisnis perumahan di Malang berada di posisi ketiga setelah Jakarta dan Surabaya," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) REI Jawa Timur Tri Wedianto menuturkan pembangunan kondominium hotel (kondotel) seharga Rp400 juta hingga Rp500 juta di kota Malang sepanjang tahun ini diperkirakan berkembang pesat menyusul kurangnya pasokan kamar hotel di kota bunga itu.
Menurutnya, kebutuhan pasokan kamar hotel di kota Malang saat ini melebihi 2.000 kamar, sementara pasokan yang ada hanya sekitar 1.700 kamar hotel.
“Perkembangan kondotel di Kota Malang sepanjang tahun ini cukup signifikan. Bukan hanya sebagai kota pendidikan, Malang juga menduduki kota wisata nomor dua setelah Denpasar, Bali. Pasokan kamar hotel yang ada saat ini 1.700 kamar, ini dari semua kelas hotel. Sedangkan kebutuhan melebihi di atas 2.000 kamar,” ujar Tri.
Tri menjelaskan tumbuhnya bisnis kondotel di Malang juga didukung oleh rendahnya suku bunga kredit kepemilikan apartemen (KPA) saat ini. Menurutnya, sebagian besar pembeli kondotel di Malang justru orang di luar Malang yang bertujuan untuk investasi. (msb)