ABUJA, NIGERIA – Indonesia menawarkan penandatangan kerja sama prefencial trade agreement(PTA) kepada Nigeria untuk menurunkan bea masuk produk-produk perdagangan barang ke negara tersebut.
Hal itu dilakukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan Nigeria yang selama 4 tahun terakhir terus mengalami defisit.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menuturkan meskipun volume perdagangan dari Indonesia ke Nigeria cenderung naik dari tahun ke tahun, akan tetapi neraca perdagangan tetap terus mengalami defisit.
Pasalnya, lanjutnya, Indonesia membutuhkan minyak dan gas dalam jumlah yang cukup banyak dari Nigeria. Pertumbuhan nilai impor Indonesia dari Nigeria, terutama migas, terus meningkat tajam, melampaui angka ekspor Indonesia ke Nigeria, yang terutama mengandalkan komoditi non migas.
Sekadar catatan, neraca perdagangan Indonesia dan Nigeria sepanjang periode Januari – Oktober 2012 defisit sebesar US$2,06 juta. Hal itu disebabkan defisit perdagangan migas sebesar US$2,37 juta di tengah surplus perdagangan non migas yang hanya mencapai US$306,24 ribu.
“Saya sudah menyampaikan bukan hanya ke beberapa menteri [Nigeria] di sini tetapi juga kepada presiden, bahwa neraca perdagangan ini harus dirabalance. Caranya dengan penandatanganan PTA. Kelihatannya mereka bersedia. Tadi mereka bilang mau sekali mempertimbangkan PTA,” ujarnya seusai menghadiri pertemuan bilateral antara delegasi RI dengan delegasi Nigeria Sabtu petang (2/2/2013) waktu setempat atau Minggu (3/2/2013) waktu dini hari di Indonesia.
Gita menuturkan masih banyak produk asal Indonesia masuk ke Nigeria dikenakan bea masuk yang tinggi. “Bahkan mencapai 30%, 45%, dan 50%. Seperti untuk tekstil, sepatu dan alas kaki, juga kelapa sawir,” katanya.
Dengan penandatanganan PTA, ujarnya, peluang produk asal Indonesia untuk masuk ke pasar Nigeria semakin terbuka luas.
Sampai saat ini, ujar Gita, sudah ada sekitar 20 grup asal Indonesia yang masuk ke pasar Nigeria, baik dalam bentuk perdagangan barang maupun investasi langsung. Beberapa produk yang masuk ke Nigeria antara lain mie instant. Selain itu, perusahaan Indorama juga sudah membuka pabrik petrokimia dengan nilai investasi sebesar Rp2 miliar.
“Kita [Indonesia] kan sudah banyak investasi di sini, tapi dari sini belum ada yang ke Indonesia,” katanya.