Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KALEIDOSKOP 2012: PERDAGANGAN, ekspor terendah dalam sejarah?

AGAK malu-malu untuk menyebut bahwa ekspor tahun ini kemungkinan tak tumbuh.  Pemerintah menyampaikan kinerja ekspor Indonesia sudah lumayan bagus jika sama dengan realisasi 2011 yang tercatat US$203,62 miliar.Penjelasan yang disuntikkan ke publik

AGAK malu-malu untuk menyebut bahwa ekspor tahun ini kemungkinan tak tumbuh.  Pemerintah menyampaikan kinerja ekspor Indonesia sudah lumayan bagus jika sama dengan realisasi 2011 yang tercatat US$203,62 miliar.Penjelasan yang disuntikkan ke publik adalah ketidakpastian penyelesaian krisis utang di Eropa dan pertumbuhan Amerika Serikat yang masih lambat, berpotensi menurunkan permintaan barang secara global.Tidak hanya dari Benua Biru sendiri atau Negeri Paman Sam, pelemahan permintaan juga akan merembet ke China,  Jepang, India dan negara Asia lain yang selama ini menjadi pasar tradisional Indonesia.Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor secara kumulatif Januari–Maret mencapai US$48,53 miliar atau hanya naik 6,93% dibandingkan dengan realisasi pada 3 bulan pertama 2011. Pertumbuhan itu merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir.Kinerja perdagangan luar negeri terus memburuk memasuki kuartal II/2012. Defisit neraca perdagangan tak terelakkan pada April US$764,7 juta setelah terakhir kali terjadi pada medio 2008.Defisit terus berlanjut pada Mei, Juni dan Juli, masing-masing sebesar US$485,9 juta, US$1,32 miliar dan US$176,5 juta. Neraca perdagangan sem­­pat membaik pada Agustus dan Sep­­tem­­ber dengan kembali mencatat surplus.Namun, kontraksi kembali terjadi pada Oktober dengan defisit makin lebar hingga US$1,55 miliar. Untuk pertama kalinya pula, neraca perdagangan kumulatif tercatat defisit US$516,1 juta.Krisis GlobalDampak krisis global tak hanya berhenti pada penyusutan permintaan, tetapi juga menekan harga komoditas seperti batubara, karet dan CPO. Padahal, 65% ekspor dari Tanah Air didominasi oleh komoditas yang belum diolah.  Koreksi harga komoditas hingga 30%–40% itu membuat nilai pengapalan merosot drastis.Pada saat yang sama, ketergantungan kita terhadap impor bahan baku/pe­­nolong sangat tinggi yakni mencapai 70% dari total impor.Tidak salah sepenuhnya memang, tetapi sayangnya bahan baku/penolong itu berupa barang setengah jadi padahal bahan mentah­nya sebenarnya mampu diproduksi di dalam negeri seperti karet setengah jadi dan aluminium.Pelemahan permintaan, koreksi harga komoditas dan ketergantungan terhadap impor yang besar inilah yang membuat defisit neraca perdagangan melebar. Defisit itu pula yang membuat pemerintah memangkas target pertumbuhan ekspor minus 5%–7% dari realisasi 2011.Pemerintah memang  memperkenalkan tesis bahwa importasi bahan baku/penolong sejalan dengan mengalirnya investasi yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi itu nantinya dapat mendorong ekspor beberapa bulan kemudian.Namun, tesis itu hingga kini belum terbukti. Peningkatan kapasitas produksi justru lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan domestik, alih-alih untuk mengapalkan barang jadi.Apa pun dalih pemerintah saat ini, ke­­berhasilan strategi substitusi impor  atau apapun namanya, peningkatan ekspor tetap harus dilakukan.Apalah arti­nya mengeluarkan devisa untuk membeli bahan baku jika akhirnya tak mampu mengembalikannya dalam bentuk devisa pula?   Pekerjaan rumah lain yang tersisa adalah menjadikan negara-negara berkembang sebagai pasar baru ekspor.Krisis di AS dan Eropa  sudah membuktikan betapa ketergantungan terhadap negara tertentu pada akhirnya menjadi ‘pukulan balik’ bagi Indo­­ne­­sia, terbukti dengan tergerusnya kinerja ekspor 10 bulan terakhir.Mungkin janji pemerintah bukan sesuatu yang mudah diejawantahkan dalam situasi sulit seperti ini.Namun, jika hal-hal di atas dilakukan secara konsisten, hasil bukanlah sesuatu yang mustahil. Pernyataan-per­­nya­­taan yang diikuti de­­ngan realisasi akan memberikan bukti bahwa pemerintah serius mewujudkan janji. Mari kita tagih tahun berikutnya. (Bsi)([email protected])

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper