Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR INDUK PUSPA AGRO: Transaksi bulanan ditarget Rp400 miliar

SURABAYA—PT Jatim Grha Utama menargetkan nilai transaksi komoditi pertanian dan perikanan di pasar induk Puspa Agro mencapai Rp 300—400 miliar per bulan, didorong percepatan pematangan jaringan dan sistem perdagangan modern.General Manager

SURABAYA—PT Jatim Grha Utama menargetkan nilai transaksi komoditi pertanian dan perikanan di pasar induk Puspa Agro mencapai Rp 300—400 miliar per bulan, didorong percepatan pematangan jaringan dan sistem perdagangan modern.General Manager PT Jatim Grha Utama Susono Hadinugroho mengungkapkan investasi pengembangan Puspa Agro dikelompokkan ke dalam 3 kategori terdiri dari fisik bangunan, jaringan, serta pengelolaan kawasan. Dana investasi sepenuhnya berasal dari APBN dan APBD.“Proyek pematangan jaringan dan sistem perdagangan modern diharapkan rampung 2017 mendatang, dan segera dapat beroperasi penuh pada 2018,” ucapnya pada paparan rancangan tahapan pengelolaan pasar induk agrobis Jawa Timur, hari ini (13/12).Susono mencatat nilai transaksi yang berputar di pasar induk Puspa Agro saat ini masih jauh dari ekspektasi, sebab pembangunan masih berjalan pada tahap pra operasi. Setiap hari, volume pergerakan komoditi di Puspa Agro kini baru mencapai 1.000—1.400 ton, dengan nilai transaksi per hari sebesar Rp 3—4 miliar.“Dalam sebulan, transaksi hanya sekitar Rp 100 miliar, masih jauh dari target dan ketinggalan jauh dari pasar induk yang berkembang di Thailand,” jelasnya.Hingga kini, komoditi perikanan mendominasi aktivitas transaksi di Puspa Agro dengan kontribusi sebesar 40%, disusul 15% produk hortikultura, sisanya disumbang dari beragam hasil pertanian. Pasar induk yang digadang sebagai hub perdagangan agrobis di wilayah Indonesia timur itu juga memasok kerang hijau ke Jepang dan mengapalkan kebutuhan baby tuna ke Australia.Menurut Susono, pihaknya akan tancap gas menggelar pameran dagang baik di dalam maupun luar negeri guna menyokong upaya pematangan jaringan perdagangan antarpulau dan internasional. Puspa Agro juga akan menggalang kemitraan dengan Agri-Food and Veterinary Authority (AVA) di Singapura guna membidani sentral point ekspor hortikultura.“Kerja sama itu penting karena produk yang masuk ke Singapura akan lebih mudah tersebar ke negara-negara tujuan ekspor lainnya. Singapura juga ingin pintu distribusi produk hortikultura Indonesia tidak terkonsentrasi melalui Jawa Barat,” katanya.Ketua Bidang Pembinaan Pedagang , Pemasaran, dan Kualitas Produk Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) Abdullah Muchibudin mengungkapkan pengembangan Puspa Agro akan mereduksi disparitas harga di tingkat petani dan pedagang.Keberadaan Puspa Agro, serunya, nantinya mampu meningkatkan nilai jual petani dan memberikan akses sistem pembayaran via perbankan. Petani juga perlu dibekali edukasi kewirausahaan guna menciptakan nilai tambah produk.“Ke depan, kami berharap sejumlah provinsi di Indonesia timur saling terhubung dengan jaringan khusus dalam upaya mengoptimalkan hubungan perdagangan agrobis. Hal itu dapat terwujud melalui percepatan revitalisasi Puspa Agro,” terangnya.Hanya saja, Muchibudin menilai pemerintah harus tanggap mencermati hambatan-hambatan distribusi produk agrobis. Asparindo telah mengusulkan kepada Kementerian Perdagangan untuk membangun sejumlah gudang dengan sistem resi di Puspa Agro sebagai pusat distribusi dan perdagangan antarpulau.Di samping itu, hambatan distribusi komoditi perikanan juga perlu mendapat perhatian. Muchibudin mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyatakan siap menyalurkan gudang pendingin dan pengolahan ikan berkapasitas 5.000 ton.“Kapasitas cold storage yang ada saat ini di Puspa Agro hanya mampu menampung sekitar 200—300 ton. Jelas, itu belum cukup,” cecarnya.Puspa Agro juga akan menggandeng PT Galasari Gunungsweadaya guna merealisasikan pembangunan demplot dan penyediaan bibit hortikultura. Kemitraan itu akan memperkuat posisi Puspa Agro sebagai sentra penjualan bibit di wilayah Indonesia timur.“Tahap pertama akan dibangun Demplot seluas 250 hektare, untuk kemudian diperluas secara bertahap hingga 2.000—3.000 hektare,” terangnya. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Gajah Kusumo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper