Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONTRAK LNG: Dari Donggi Senoro Tak Otomatis Dialihkan Untuk Domestik

JAKARTA: PT Pertamina (Persero) menegaskan kontrak penjualan gas alam cair (liquified natural Gas/LNG) dari kilang PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) tidak bisa serta-merta dialihkan untuk domestik. Hendra Jaya, mantan General Manager JOB Medco-Pertamina

JAKARTA: PT Pertamina (Persero) menegaskan kontrak penjualan gas alam cair (liquified natural Gas/LNG) dari kilang PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) tidak bisa serta-merta dialihkan untuk domestik. Hendra Jaya, mantan General Manager JOB Medco-Pertamina E&P Tomori, mengatakan gas terpaksa diekspor karena dulu konsumen domestik tidak ada yang mau saat ditawarkan produksi gas dari Blok Matindok dan Senoro, yang kemudian dipakai untuk memasok kilang DSLNG.“Kalau mau dijual ke dalam negeri, lalu siapa yang mau beli? Dulu belum ada FSRU [terminal LNG terapung], PLN ngga mau terima, pupuk juga ngga ada,” ujarnya ketika ditemui di sela-sela acara diskusi Gas Donggi Senoro Untuk Siapa? di Gedung DPD, Kamis (26/7/2012).Kilang LNG milik PT Donggi Senoro LNG berkapasitas 2 juta ton LNG per tahun (2 MTPA) terletak di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Kilang tersebut diperkirakan onstream pada 2014 dan status proyek hingga Juli 2012 sudah berjalan 53%.DSLNG dimiliki oleh Pertamina Hulu Energi 29%, PT Medco LNG Indonesia 11,1%, dan Sulawesi LNG Development Ltd 59,9%. Adapun Sulawesi LNG dimiliki oleh Mitsubishi Corporation 75% dan Korea Gas Corporation (KOGAS) 25%.DSLNG akan mendapat total pasokan gas dari hulu sebesar 335 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Pertama, dari Blok Senoro sebesar 250 MMscfd. Blok tersebut dikelola oleh PT PHE Tomori Sulawesi (50%), PT Medco E&P Tomori Sulawesi (30%), dan Tomori E&P Limited (20%). Kedua, dari Blok Matindok yang dikelola PT Pertamina EP sebesar 85 MMscfd.Pada 1980—1997, Blok Matindok dan Senoro dikelola oleh Union Texas. Baru pada 1997, Union Texas mengembalikan hak pengelolaan kedua blok tersebut kepada Indonesia. Selanjutnya oleh negara, kedua blok tersebut diserahkan kepada Pertamina. Menurut Hendra, Pertamina hanya memiliki waktu 30 tahun hingga 2027 untuk mengelola kedua blok tersebut. “Saat beralih konsesi itu, kami diberikan waktu 30 tahun sampai 2027. Di awal 2000, semua [konsumen domestik] sudah ditawarkan tapi tidak ada yang minat. Dan perlu diingat, Sulawesi Tengah itu permintaan gasnya tidak setinggi di Jawa. Sedangkan ini harus segera diputuskan karena kami cuma punya waktu 13 tahun untuk memproduksikan gasnya,” tegasnya. Menurut Hendra, dahulu sempat ada konsumen domestik yang menyatakan minatnya untuk membeli gas dari kedua blok itu, yakni sebuah pabrik pupuk bernama PT Panca Amara Utama (PAU). Namun, pabrik pupuk itu hanya mampu menyerap gas separuhnya saja.“Itu yang tidak bisa disetujui oleh kita. Selaku pemilik lapangan, masa jualan hanya separuh? Harusnya kan sekaligus. Oleh sebab itu, waktu itu dicari bentuk pengembangan lain agar pengembangan lapangan digabungkan, kini menjadi Donggi Senoro. Jadi alasannya adalah keekonomian dan tidak pernah ada sejak awal bahwa gas ini mau di-LNG-kan,” jelasnya. (bas) 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper