Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAMPANYE ANTITEMBAKAU dituding agenda asing terselubung

JAKARTA: Pascakampanye antitembakau semakin intensif di Indonesia sejak satu dekade terakhir, fakta yang muncul adalah produksi dan konsumsi rokok tidak mengalami penurunan.Namun sebaliknya, impor tembakau justru meningkat dan dalam hitungan 5 tahun,

JAKARTA: Pascakampanye antitembakau semakin intensif di Indonesia sejak satu dekade terakhir, fakta yang muncul adalah produksi dan konsumsi rokok tidak mengalami penurunan.Namun sebaliknya, impor tembakau justru meningkat dan dalam hitungan 5 tahun, dari 2003 sampai dengan 2008, impor tembakau naik lebih dari 250%.Bahkan, sampai dengan hari ini ada 30% tembakau asing berhasil mendesak stok tembakau nasional Indonesia.Selain itu, menurut Abhisam DM, Koordinator Nasional Komunitas Kretek, dua raksasa kretek diakuisisi oleh asing.PT Sampoerna dicaplok Philip Morris pada 2005 dan PT Bentoel ditelan British American Tobacco pada 2009.“Menyusul ribuan pabrik kretek kelas kecil dan menengah berguguran akibat kenaikan cukai yang didesak WHO melalui FCTF [Framework Convention on Tobacco Control],” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Kamis, 31 Mei 2012.Abhisam mencontohkan di Kudus yang dulunya terdapat 3.000 lebih perusahaan kretek kecil dan menengah, kini tinggal 73 perusahaan.Maka, di Hari Antitembakau Sedunia pada 31 Mei, Komunitas Kretek menyatakan kampanye antitembakau di Indonesia adalah agenda asing terselubung.Pemerintah di negara-negara maju, perusahaaan-perusahaan rokok multinasional, maupun perusahaan-perusahaan farmasi multinasional, berusaha menguasai pasar tembakau (nikotin) Indonesia.“Kampanye antitembakau di Indonesia menjadi belati tajam bagi kepentingan nasional, khususnya kepentingan industri kretek nasional yang mata rantai ekonominya melibatkan lebih dari 30 juta orang,” tuturnya.Komunitas ini juga menolak pengesahan regulasi teknis dan paling krusial, yakni Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan, karena lebih mengakomodir kepentingan asing. (faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Jessica Nova
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper