JAKARTA: Pelaku usaha logistik mengusulkan Pemerintah perlu segera mendorong kawasan pergudangan dan logistik Marunda Jakarta Utara-sebagai penopang pelabuhan Tanjung Priok, untuk kegiatan penumpukan barang dan peti kemas.
Langkah ini perlu ditempuh karena terbatasnya lahan penumpukan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (Alfi) DKI Jakarta Sopian Pane, mengatakan saat ini tidak tersedia lagi lahan sebagai back up area untuk menampung aktifitas penumpukan barang dan peti kemas di pelabuhan Priok.
Sedangkan lahan di kawasan Marunda Jakut, tutur dia, masih sangat luas. “Lagi pula letak antara Priok-Marunda tidak terlampau jauh hanya sekitar 3 Km,” ujarnya kepada Bisnis, siang ini Selasa (29/5).
Namun, kata dia, untuk menjadikan kawasan Marunda sebagai penopang atau buffer Tanjung Priok, saat ini masih terganjal aturan kepabeanan, sebab wilayah pabean Marunda saat ini di bawah wilayah kerja Bea dan Cukai Jakarta I (Halim Perdanakusumah). Sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok masuk pada wilayah kerja pabean Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok.
“Dengan perbedaan wilayah pabean tersebut, kawasan Marunda tidak diperkenankan menampung barang/peti kemas impor berkategori belum clearance atau belum mengantongi surat perintah pengeluaran barang (SPPB). Sehingga over brengen peti kemas impor dari Priok tidak bisa dilakukan ke kawasan tersebut (Marunda),” ujarnya.
Dia mengusulkan agar wilayah pabean kawasan Marunda disatukan saja dengan wilayah pabean Priok untuk memudahkan pengawasan kepabeanan sekaligus menciptakan efisiensi logistik melalui pelabuhan.
Sopian menambahkan, kawasan pergudangan dan logistik Marunda Jakarta Utara sebelumnya di persiapkan sebagai kawasan pendukung untuk menampung penumpukan barang dan menekan tingkat kepadatan petikemas impor di pelabuhan Priok. “Bahkan wacana menyatukan wilayah pabean tersebut pernah dibahas antar instansi dan asosiasi terkait saat dilakukan rapat di kantor Sekretaris Kabinet beberapa waktu lalu. Namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya,” tuturnya.
Dia mengatakan, arus barang umum dan peti kemas melalui pelabuhan Tanjung Priok terus mengalami pertumbuhan seiring derasnya kegiatan impor selama triwulan I/2012.” Jadi mesti diantisipasi ke depan mencari lokasi buffer yang tepat dan efisien,” paparnya.
Sekjen Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Achmad Ridwan Tento yang dikonfirmasi Bisnis hari ini (29/5), membenarkan kegiatan importasi melalui Priok terus meningkat setiap tahun. Bahkan, kata dia, sepanjang triwulan I tahun ini saja, terjadi peningkatan impor sekitar 7%.
“Importasi barang untuk kebutuhan menjelang puasa dan lebaran saja kini sudah mulai masuk melalui pelabuhan,” ujarnya.(mmh)
MORE ARTICLES:
- KRISIS YUNANI —Bursa Eropa Masuki Zona Merah
- VALUTA ASING: Krisis Yunani, Euro Tertekan Kian Dalam
- KRISIS EROPA & YUNANI—Bursa Kanada Pun Memerah
- KRISIS YUNANI: Harga Komoditas Tembaga Merangkak Naik
- BURSA EROPA: Kecemasan Soal Yunani Kian Gawat, Indeks Eropa Berguguran
SITE MAPS:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel