Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS RITEL: Target pertumbuhan 15% harus dikejar

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia  memacu kalangan manufaktur dan peritel modern untuk gencar melakukan promosi untuk mencapai target pertumbuhan volume penjualan sebesar 15% tahun ini,  akibat tertekannya transaksi  eceran terpengaruh
JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia  memacu kalangan manufaktur dan peritel modern untuk gencar melakukan promosi untuk mencapai target pertumbuhan volume penjualan sebesar 15% tahun ini,  akibat tertekannya transaksi  eceran terpengaruh kenaikan harga sejumlah komoditas.Staf Ahli Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Yongky Surya Susilo mengatakan  kenaikan harga komuditas terutama produk segar, dipicu dengan isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang ternyata  sampai saat ini  tidak mengalami peningkatan.“Kami menyarankan ke para peritel  dan manufaktur untuk bisa promosi [guna bisa] menahan [angka pertumbuhan] volume penjualan untuk dapat kenaikan 13%-15% [di tahun 2012],” kata Yongky  saat dihubungi melalui telepon genggamnya hari ini.Yongky mengatakan sampai kuartal I/2012 pertumbuhan volume penjualan di sektor ritel  produk kebutuhan sehari-hari hanya bertengger di angka 9,2%.Melemahnya angka pertumbuhan di sektor riel, ujarnya, mulai dirasakan sejak Februari. Pada bulan tersebut kenaikan hanya sebatas 6% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara pada tahun 2011 kenaikan pada Februari menembus angka 9%.“Pertumbuhannya jatuh  sejak Februari,  karena isu BBM naik. Konsumen menahan diri untuk beli,  karena  uang  terpakai membeli komoditas [seperti] beras, cabe. [Mengingat] semua makanan fresh naik, meski BBM tak naik,” kata Yongky.Kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut, tambahnya, menjadi perhatian konsumen sehingga mereka sampai mengerem alokasi uangnya untuk berbelanja jenis produk yang lainnya.Melihat  kondisi pertumbuhan ritel sejak Februari tersebut, ujarnya, diperkirakan tingkat kenaikan volume penjualan tahun ini  lebih buruk dibandingkan dengan 2011.“Tahun lalu  [kenaikan month to month] masih dapat 9%. Sekarang cuma 6% jadi.  Lebih buruk dari tahun lalu,” kata Yongky. (arh)
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper