JAKARTA: Pengusaha makin mengkhawatirkan kinerja industri pengolahan mengingat dalam 10 tahun terakhir kontribusinya terhadap perekonomian nasional terus mengalami penyusutan.
Chris Kanter, Ketua DPN Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menuturkan pangsa industri pengolahan sejauh ini memang masih yang terbesar dalam struktur perekonomian Indonesia jika dibandingkan sector usaha lainnya.
Namun, pangsa tesebut cenderung menurun dalam sepuluh tahun terakhir, dari 29,1% pada 2001 menjadi 24,3% pada tahun lalu.
“Artinya transformasi ekonomi berjalan lambat,”ujarnya, Rabu, 16 Mei 2012.
Menurutnya, hal itu juga bisa terlihat dari penurunan pangsa tenaga kerja di sektor pertanian yang lambat, sejalan dengan pertumbuhan di sektor industri yang teramat lambat.
Apindo mencatat distribusi tenaga kerja di sector pertanian pada 2010 sebesar 38,3%, turun sedikit dari posisi 1995 dan 2005 yang 44%.
Sementara pertumbuhannya di sector industri manufaktur sangat lambat, yakni dari 12,6% pada 1995 dan 12,7% pada 2005 menjadi 12,8% poada 2010.
“Sementara persentase pekerja informal, termasuk pekerja keluarga yang tidak dibayar, masih sangat tinggi,” kata Chris.
Perlambatan itu, lanjut Chris, tidak terlepas dari berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi pelaku industri sampai saat ini.
Antara lain menyangkut ketidakpastian hukum, di mana lebih dari 4.000 peraturan daerah cenderung menghambat bisnis sektor .
“Lalu tingginya beban birokrasi yang tidak perlu, Undang-Undang tentang Tata Ruang dan Wilayah, peraturan pertanahan,permasalahan buruh, serta disharmonisasi Otonomi Daerah yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat dan daerah,” paparnya.
Chris juga menyoroti penggunaan anggaran pemerintah yang meningkat sekitar 300% sejak 2006 hingga 2011, tanpa ada perbaikan pada pembangunan infrastruktur.
Sebab, keterbatasan infrstruktur dan kurangnya pasokan energi bagi industri menciptakan ekonomi biaya tinggi dari sisi produksi dan logistik.
Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan menilai kinerja industri pengolahan bisa dilihat dari ekspor produk industri yang mencapai US$29,1 miliar pada kuartal I/2012 atau tumbuh 2,7% dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Selama Januari-Februari 2012 produk ekspor non-migas Indonesia semakin beragam, di mana peran 10 produk utama semakin mengecil, dari 48% menjadi 47%,” jelasnya.
Menurutnya, komoditi-komoditi hasil industri yang terus menunjukkan peningkatan, a.l. kendaraan dan komponennya naik 37,2%, mesin-mesin atau pesawat mekanik naik 19,8%, alas kaki naik 7,8%, berbagai produk kimia naik 8,01%, dan kayu dan barang dari kayu naik 22,1%. (sut)
BACA JUGA
- MOTO GP—Stoner Pimpin Free Practice I, Pedrosa Geser Dovizioso
- INDONESIAN IDOL 2012: Malam Ini YODA Akan Ngerock Lagi
- Indonesian Coal Swaps Snap Four-Day Loss
- HARGA EMAS Bergerak Di Kisaran US$50,60/Gram
- TRAGEDI SUKHOI: TIm SAR Rusia Dikawal Kopassus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel