Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PT Anam Koto Targetkan Omzet Rp 700 Miliar tahun ini

JAKARTA: PT Anam Koto menargetkan pertumbuhan omzet dari pengelolaan perkebunan sawit dan pabrik pengolahan CPO sekitar 15%-20% atau sekitar Rp700 miliar tahun ini dibandingkan dengan catatan tahun lalu sebesar Rp 500 miliar- 600 miliar.

JAKARTA: PT Anam Koto menargetkan pertumbuhan omzet dari pengelolaan perkebunan sawit dan pabrik pengolahan CPO sekitar 15%-20% atau sekitar Rp700 miliar tahun ini dibandingkan dengan catatan tahun lalu sebesar Rp 500 miliar- 600 miliar.

 

Dari nilai tersebut, kontribusi terbesar berasal dari pabrik CPO sebesar 80%, dan 20% dari perkebunan.

 

"Saat ini, untuk hasil perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan CPO dijual ke beberapa pemain besar di Indonesia seperti Smart Corporation, Musi Mas, KPN (Wilmar Group) Permata Hijau, Tunas Lampung dan lain-lain," ujar Chandra Wijaya, Direktur PT Anom Koto dalam siaran pers, 6 Februari 2012.

 

Menurut dia, kebutuhan dalam negeri pasarnya masih besar, sehingga masih menjadi target utama. Tapi tahun depan, tambah Chandra, untuk pengembangan pasar dia akan menjajaki pasar ekspor khususnya Malaysia dan China dengan komposisi sekitar 50% untuk pasar lokal dan 50% untuk pasar ekspor.

 

Baru-baru ini, perusahaan yang berdomisili di SUmatra Barat itu mengakuisisi lahan perkebunan seluas 5.000 hektare (ha) milik PT Padang Laweh, di Sumatera Barat sehingga total Anom Koto mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 6.000 ha.

 

Sayangnya, Chandra enggan menyebut secara pasti nilai akuisisi lahan tersebut, tapi investasi terbesar justru di perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan pabrik CPO.

 

Chandra yang mulai merintis bisnis sawit sejak 1997 mengungkapkan peluang bisnis sawit masih sangat besar dan bisa diolah untuk berbagai kebutuhan.

 

Dengan lahan seluas 600 ha yang sudah tertanam, produksinya saat ini sekitar 800-1000 ton/bulan, sedangkan pabrik CPO di Pekan Baru, produksinya sekitar 60 ton/jam atau sekitar 400-600 ton/hari.

 

Saat ini dengan mengolala 6.000 ha, dia berharap produksi sekitar  sekitar 1.500-2000 ton/bulan. Sebelumnya, hanya sekitar 1000 ton/bulan. Chandra mengakui lahan hasil akuisisinya belum semuanya tertanam, baru sekitar 3000 ha yang tertanam.

 

“Tahun ini saya menargetkan produksi sekitar 1.700– 2.000 ton/bulan. Karena saat ini sebagian lahan masih rehabilitasi khusus untuk pemupukan dan lain-lain, sehingga hasilnya belum maksimal,” tegas Chandra.

 

Dia memperkirakan perbandingan investasinya sekitar 4:1,  artinya 80% untuk perkebunan, dan 20% untuk pabrik. Untuk investasi perkebunan sawit diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp50 juta-Rp60 juta/ha.

 

Sedangkan untuk pengelolaam CPO, saat ini ada 4 pabrik yaitu di Riau (2 pabrik) dengan total kapasitas produksi sekitar 90 ton/jam, di Sumatra Utara (1 pabrik) dengan kapasitas produksi sekitar 30 ton/jam, sedangkan satu pabrik lagi  di Sumatra Barat, kapasitas produksinya sekitar 34 ton/jam.

 

”Dengan pabrik pengelolaan CPO yang ada, saya berharap bisa memproduksi CPO sekitar 4.000-8.000 ton/bulan,” katanya.

 

Bahkan tahun depan dia berencana akan menambah 2 pabrik di Kalimantan Barat  yang masing-masing memiliki kapasitas produksi sekitar 30 ton/bulan.

 

“Kami akan mencoba mengembangkan pabrik tanpa kebun di Kalimantan Barat,” tambah Chandra. Paling tidak hingga 2015, dia berambisi menambah 2-3 pabrik dengan kapasitas sekitar 90 ton/jam, mengingat bisnis perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan CPO kian prospektif baik untuk pasar domestik dan pasar luar negeri.(api) 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper