JAKARTA: Pemerintah menyatakan program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) sudah mendapatkan komitmen investasi US$1,8 miliar (sekitar Rp16,2 triliun). Padahal, peraturan mengenai program tersebut belum diluncurkan.
Kepastian itu disampaikan oleh Menteri Perindustrian M.S. Hidayat dalam jawaban tertulis pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa 31 Januari.
Selain itu, menurut Hidayat, ada tambahan invetasi untuk industr komponen dengan nilai yang tidak jauh berbeda yaitu US$1,9 miliar. “[Investasi itu menciptakan] tambahan tenaga kerja baru 15.000-17.000,” ujar Hidayat.
Menurut dia, sejumlah produsen mobil dunia yang sudah memiliki pabrik di Indonesia telah berkomitmen ikut pada program LCGC tersebut antara lain Daihatsu, Suzuki, Toyota, Mitsubishi, dan Nissan.
Menteri mengatakan Indonesia harus mengembangkan LCGC karena tren otomotif dunia pada masa depan mengarah ke mobil ramah lingkungan dan hemat energi. Malaysia dan Thailand, lanjut dia, telah mengembangkan mobil sejenis LCGC.
Pada kesempatan yang sama DPR menyatakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono– Boediono harus mewarisi proyek monumental di bidang otomotif dengan memberikan keputusan politik yang atraktif serta perlakuan istimewa untuk mobil nasional.
“Saat ini dukungan untuk mobnas sudah mengalir deras. Jangan sampai kabinet SBY-Boediono melewatkan momentum ini. Menurut DPR, tak masalah kita membuat diskriminasi positif [perlakuan istimewa] soal mobnas dari hulu ke hilir,” ujar Wakil Ketua Komisi VI Arya Bima di Jakarta, Selasa 23 Januari.
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan negara-negara Asean saat ini serius mengembangkan mobil low cost and green car (LCGC) berkapasitas mesin kecil. Malaysia dan Thailand bahkan telah memproduksinya. (ea)