Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Pemanfaatan tanah sulfat masam di Tanah Air belum optimal baru 9% yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi beragam komoditas budi daya perikanan di Tanah Air.
 
Profesor Riset Kementerian Kelautan dan Perikanan Andi Akhmad Mustafa mengatakan potensi tanah sulfat masam di Indonesia yang terbesar di dunia sekitar 6,6 juta hektare baru dimanfaatkan 612.000 hektare.
 
"Tambak tanah sulfat masam yang terlantar masih luas, lahan yang dimanfaatkan masih berproduktivitas rendah, dan komoditas yang dibudidayakan masih terbatas," ujarnya saat acara Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Akuakultur Kementerian Kelautan dan Perikanan hari ini.
 
Andi Akhmad merupakan pengajar Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Menurutnya, pendayagunaan tambak tanah sulfat masam dapat dilakukan melalui pengelolaan tanah yang sesuai dengan karakteristik dan pemilihan lokasi yang tepat.
 
Dia menjelaskan jika tambak tanah sulfat masam itu diolah, maka dapat digunakan untuk budi daya seperti udang windu (penaeus monodon) dengan produksi yang memuaskan dan budidaya komoditas perikanan ikan payau.
 
Andi memaparkan kunci keberhasilan implementasi teknologi pendayagunaan tambak tanah sulfat masam yaitu ketersediaan data dan informasi karakteristik tanah yang lebih akurat.
 
Dia menuturkan pengelolaan tanah sulfat masam akan berdaya guna apabila dilakukan remediasi yang meliputi pengeringan, perendaman, dan pembilasan yang dilanjutkan dengan remediasi dengan cara pengapuran yang dilakukan berdasarkan karakteristik spesifik tanah.
 
Lahan tambak yang ada di Indonesia, katanya, berada pada tanah sulfat masam dengan karakteristik tanah berupa pH yang rendah (kurang dari 3,5) dan kandungan unsur hara makro (terutama fosfor) rendah, sehingga berdampak pada produktivitas yang rendah.
 
Akhmad menyarankan pengembangan lahan tambak dilakukan pada tambak yang ada dan tidak boleh dilakukan di kawasan konservasi serta tidak disarankan untuk mengkonversi kawasan mangrove menjadi tambak.
 
Hambatan implementasi penelitian itu, katanya, sedikit pengetahuan pembudidaya tambak mengenai karakteristik tanah sulfat masam dan pemahaman yang kurang tentang informasi geospasial. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper