MAKASAR (Bisnis): Menteri BUMN Dahlan Iskan menyetujui pembentukan perusahaan baru (Newco) dalam rangka restrukturisasi tiga pabrik gula di Sulawesi Selatan, yakni PG Bone, PG Camming dan PG Takalar, dengan kepemilikan mayoritas dialihkan ke PT Perkebunan Nusantara X.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan tanpa kesepakatan restrukturisasi tersebut, kondisi tiga pabrik gula di wilayah Sulawesi Selatan itu akan semakin memburuk. Bisa jadi, bahkan akan membuka kemungkinan diambil alih oleh asing, katanya saat mengunjungi PG Camming dan PG Takalar, Jumat lalu. Pada Sabtu pagi, Dahlan sempat mengunjungi pabrik semen PT Tonasa, sebelum kembali ke Jakarta.
Dalam perjanjian yang ditandatangani pada 2009, PG Bone dan PG Camming dikelola bersama oleh PT Perkebunan Nusantara XIV dan PTPN X, sedangkan PG Takalar dikelola bersama oleh PTPN XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), yang sama-sama membentuk Badan Pengelola Pabrik Gula (BPPG) dengan kucuran kredit modal kerja dan kredit investasi dari Bank BRI masing-masing Rp306,88 miliar dan Rp128,97 miliar.
Perjanjian itu sebenarnya berlaku hingga 2014, namun saat ini PTPN X dan PT RNI yang bertindak selaku avalist sudah tidak sanggup lagi melakukan penambahan pembiayaan jika kredit perbankan yang mendukung kerjasama tersebut berakhir.
Dengan kesepakatan itu, pengelolaan 3 pabrik gula tersebut sepenuhnya akan diserahkan ke Newco tersebut, yang namanya masih akan ditetapkan dalam waktu dekat. Kemudian PTPN XIV diarahkan untuk mengembangkan perkebunan non gula, seperti kepala sawit ataupun tanaman coklat, sedangkan PT RNI akan lebih fokus mengurusi bisnis utamanya di Jakarta.
Kondisi ke-tiga pabrik gula di Sulsel itu saat ini terus menurun. Kinerja PG Camming, misalnya, terus merosot dari tahun ke tahun karena produktivitas tebu dan produktivitas gula yang rendah. Pada 2009, produksi gula PG Camming masih mencapai 10.981 ton, tetapi anjlok menjadi 7.418 ton pada 2011.
Menurut dokumen yang diperoleh Bisnis, kinerja keuangan PG Camming juga terus merosot, terlihat dari prognosa pendapatan yang diperkirakan hanya mencapai Rp85 miliar pada 2011 dibandingkan dengan Rp239 miliar lebih pada 2009.
Karena itu, menurut Dahlan, kerjasama pengelolaan tersebut tidak cukup kuat, termasuk adanya kesulitan dalam pembiayaan untuk ekspansi pengelolaan pabrik.
Oleh karena itu, pihaknya mencari solusi terbaik, yakni membentuk perusahaan baru yang akan mengelola tiga pabrik gula tersebut.
Diputuskan dalam mobil
Persetujuan pembentukan perusahaan baru itu cukup unik. Ketika tiba di PG Camming, meski sudah diarahkan ke ruang penyambutan, Dahlan Iskan malah minta langsung melihat pabrik.
Mantan Dirut PLN itu mengajak jajaran direksi PTPN 14 dan PTPN 10 langsung naik mobil Fortuner menuju pabrik. Dahlan bahkan menyetir sendiri Fortuner itu, karena ingin sembari rapat dengan direksi di dalam mobil tersebut.
Usai melihat-lihat kondisi pabrik, Dahlan kembali mengemudikan sendiri mobil yang berisi para Direksi PTPN XIV dan kuasa direksi PTPN X. Di tengah perjalanan, mobil yang dikemudikan Dahlan berhenti lebih dari 20 menit, dengan penumpang tetap duduk di dalam mobil.
Rupanya, saat berhenti tersebut, telah terjadi kesepakatan antara PTPN XIV dan PTPN X untuk membentuk perusahaan baru yang akan mengelola tiga pabrik gula sekaligus.
Dalam kesepakatan tersebut, PTPN X dan PTPN XIV, bisa membuat sebuah perusahaan baru. Pemegang saham utama disepakati PTPN X yang memiliki kemampuan keuangan dan manajerial. Kalau kinerja tiga pabrik gula tersebut sudah membaik, "PTPN XIV diberi hak untuk membeli kembali," kata Dahlan.
Di Takalar, Dahlan juga langsung memeriksa kondisi PG Takalar yang membuat protokoler kocar-kacir. Dengan sepatu kets khasnya, Dahlan berjalan kencang mengelilingi PG Takalar didampingi Direktur Utama PT RNI Bambang Prijono Basoeki dan Direktur Utama PTPN XIV Amrullah AM.
Saat berbicara di depan karyawan pabrikm Dahlan mengatakan masih ada jalan keluar yang lebih baik tanpa harus menyerahkan pabrik gula kepada pihak asing. "Tapi kalau tidak ada jalan keluar, mau tidak mau, suka tidak suka, ini akan jatuh ke orang lain [asing]. Kalau sama-sama jatuh ke pihak asing, kenapa tidak berpikir untuk dikelola oleh bangsa sendiri," lanjutnya yang disambut meriah oleh karyawan dan para mandor pabrik.
Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia Bambang Prijono Basoeki dan Dirut PTPN XIV Amrullah AM menyambut baik kesepakatan tersebut, yang diharapkan akan mendorong perbaikan kinerja pabrik gula di Sulsel itu.
“Ini kesepakatan yang bagus. Ini keputusan yang cepat dari Pak Dahlan,” kata Bambang kepada Bisnis.
Dahlan mengatakan kesepakatan itu akan memberikan harapan bagi karyawan ketiga pabrik gula tersebut. “Perbaikan tentu tidak bisa seketika esok hari. Tapi ada harapan.”
Dia yakin dengan kesepakatn ini ada jalan untuk memenuhi harapan manajemen, karyawan dan masyarakat sekitar. “Sebelum saya ke sini saya nggak bayangkan bisa selesai. Ternyata selesai,” ujarnya.