Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI bisa masuk perangkap kemacetan struktural

JAKARTA: Indonesia bisa terperangkap dalam kemacetan struktural yang panjang dalam waktu tiga tahun ke depan bila pembangunan infrastruktur strategis tidak dilakukan secara cepat dan radikal.Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Suyono Dikun

JAKARTA: Indonesia bisa terperangkap dalam kemacetan struktural yang panjang dalam waktu tiga tahun ke depan bila pembangunan infrastruktur strategis tidak dilakukan secara cepat dan radikal.Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Suyono Dikun mengatakan kemacetan struktural tersebut terjadi dengan sangat masif tidak hanya di jalan raya, tetapi juga di pelabuhan, kereta api, lapangan terbang, energi listrik, irigasi, air minum, dan lainnya.Oleh karena itulah, menurutnya, Indonesia harus berhasil membangun infrastruktur yang lebih modern, berkualitas, dan efisien dalam waktu beberapa waktu ke depan bila tidak ingin tertinggal dari bangsa lain.“Tiga tahun ke depan, masa yang sangat kritis bagi Indonesia: to be or not to be. Cuma ada dua opsi yang menghadang, bangung infrastruktur strategis atau terperangkap dalam kemacetan struktural,” ujarnya dalam acara bedah buku Konstruksi Indonesia 2011, di Hotel Sultan hari ini.Pasalnya, dampak dari persoalan infrastruktur tersebut sangat luas baik dari sisi sosial ekonomi sangat ekstrim, ekonomi biaya tinggi, logistik mahal, daya saing global menurun, kekacauan politik dan ekonomi, hingga kesenjangan sosial ekonomi yang makin melebar.Saat ini saja, sambungnya, infrastruktur Indonesia sedang mengalami masa krisis dan defisit yang mengkhawatirkan karena ‘delivery’ dari pemerintah untuk upaya perbaikan kerangka kebijakan dan investasi belum kunjung datang.Misalnya lalu lintas ekonomi strategis mengalami kerusakan yang konsisten, infrastruktur jalan rel, persinyalan, gerbong yang perannya hampir nihil dalam perekonomian, tidak adanya akses langsung ke pelabuhan.Selain itu dari sektor kelistrikan, saat ini baru 4.000 mw yang terbangun, proyek 10.000 mw listrik yang ditargetkan selesai 2011 mengalami keterlambatan, serta proyek 10.000 mw tahap II dengan renewables pun belum berjalan dengan baik.Mantan deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur ini mengataka untuk menyelesaikan persoalan infrastruktur tersebut diperlukan tindakan dan kebijakan yang berani, bila perlu out of the box.“Business as usual or mediocre simply is not working. Strong leadership is imperative.”Anggota Komisi V DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Rhendy Lamadjido sepakat bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia berada dalam fase kritis. Hal tersebut disebabkan karena adanya kebijakan dan politik anggaran infrastruktur yang salah.Misalnya saja untuk proyek infrastruktur yang ditender oleh kementerian baru baru terlaksana pada Juni-Juli dan baru terkontrak pada Agustus sehingga pencairan anggaranya pun menjadi terlambat.“Inilah kenapa penyerapan anggaran di Kementerian PU hingga September baru 50,8% dan masih ada 1500-an proyek infrastruktur di sana yang terancam tidak terealisasi,” ujarnya dikesempatan yang sama.Hal tersebut diperparah dengan tidak adanya landasan hukum yang kuat untuk mendukung percepatan pembangunan melalui program masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi (MP3EI) dalm bentuk UU.Seperti diketahui MP3EI hanya diperkuat dengan dikeluarkannya perpres no 32 tahun 2011 pada Mei 2011 lalu tentang pelaksanaan MP3EI tanpa adanya penjelasan operasional di dalamnya.“Ini yang membuat investor asing dan dalam negeri agak ragu untuk masuk dalam proyek infrastruktur Indonesia,” ucapnya.Staf ahli Menteri Pekerjaan Umum Danang Parikesit  pemerintah harus mempertegas MP3EI dan proyek PPP yang akan diluncurkan, apakah sekedar ‘rebreanding’ atau untuk mendorong.“Bila hanya rebranding tidak dipersoalkan tanpa landasan UU, tapi yang paling panting apakah sudah ready dengan dokumen pendukung agar bisa berjalan,” katanya. Sementara terkait situasi kritis pembangunan infrastruktur, menurutnya hal tersebut terkait dengan perbandingan dengan negara lain yang lebih.“Bicara dalam konteks, kita mengalami peningkatan, tapi secara absolut mengalami penurunan karena negara lain ‘delivery’ lebih bagus, cepat, dan berkualitas.”Terkait dengan situasi kritis pembangunan infrastruktur dalam tiga tahun ke depan, Danang menyebutnya, hal itu dalam konteks perbandingan dengan negara lain. "Tetapi secara absolut, infrastruktur Indonesia tumbuh," katanya. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper