Ekonom UI Faisal Basri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 6,7%, melebihi asumsi pemerintah yang berada pada kisaran 6,4%.
Alasannya, pertumbuhan tersebut akan didukung oleh peningkatan pada sektor jasa dan industri manufaktur yang tahun ini diyakini akan tumbuh masing-masing di atas 6%.
Lebih lanjut dia mengatakan sektor manufaktur yang bisa tumbuh antara lain industri makanan dan minuman, industri mesin dan peralatan, industri pupuk kimia, serta industri pupuk.
Saya tidak bicara kualitas. Kalau sekedar pertumbuhan ekonomi 7% tahun depan bisa. Kemiskinan tahun ini juga kemungkinan turun ke 11% dari 13% tahun lalu tapi manipulatif, ujar Faisal, usai seminar Dinamika Sosial Ekonomi dan Budaya dalam Menghadapi Persoalan Bangsa hari ini.
Menurut dia, yang memanipulasi angka kemiskinan nantinya bukan Badan Pusat Statistik melainkan pemerintah. Adapun manipulasi yang dimaksudkan yakni karena survei kemiskinan dilakukan pada Maret dimana pada bulan tersebut pemerintah menggelontorkan Raskin dua kali.
Kemiskinan itu 60% ditentukan oleh beras dan pada pada bulan Maret, pemerintah gelontorkan raskin dua kali, itu jahatnya pemerintah menjijikan, kata dia.
Seperti diketahui pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai kisaran 6,5%-6,9%, seperti yang tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2012.
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati sempat mengatakan bahwa memang ada beberapa sektor industri yang sudah hampir habis kemampuan berproduksi, sehingga dorongannya terhadap pertumbuhan ekonomi berkurang. Akan tetapi, masih banyak pula sektor industri yang belum tergarap dengan maksimal sehingga masih ada potensi bagi perekonomian Indonesia untuk tumbuh seperti yang diharapkan, selama fokus pembangunan ekonomi diarahkan ke sektor-sektor tersebut.
Lanjut Anny, pemerintah akan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, selaras dengan upaya menekan laju inflasi. Optimisme akan pertumbuhan ekonomi tinggi di 2012 didasarkan pada keyakinan akan konsumsi masyarakat yang masih cukup kuat mendorong sisi permintaan.
Untuk menjawab kekhawatiran akan terjadinya overheating, Anny mengatakan pemerintah telah membuat Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 yang fokus pada pembenahan dari sisi infrastruktur.
Kebijakan tersebut akan diimbangi dengan pengelolaan fiskal yang hati-hati, seperti yang tercermin dari penurunan rasio utang dan asumsi defisit yang terus ditekan rendah ke kisaran 1,4%-1,6% terhadap PDB. (sut)