Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi CPO dalam negeri cenderung stabil

JAKARTA: Penurunan nilai ekspor CPO pada Maret bukan karena lonjakan konsumsi industri dalam negeri, kebutuhan industri berbasis kelapa sawit dalam negeri cenderung stabil dari bulan ke bulan. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

JAKARTA: Penurunan nilai ekspor CPO pada Maret bukan karena lonjakan konsumsi industri dalam negeri, kebutuhan industri berbasis kelapa sawit dalam negeri cenderung stabil dari bulan ke bulan. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Fadhil Hasan mengatakan penurunan ekspor minyak sawit mentah (CPO) lebih disebabkan oleh turunnya permintaan pasar luar negeri."Tidak benar kalau ada peningkatan kebutuhan industri dalam negeri, nilai turun karena harga dan volume permintaan dari luar negeri memang sedikit, katanya ketika dihubungi Bisnis, hari ini.Konsumsi CPO dalam negeri, menurut Fadhil, hanya 26% dari total produksi CPO nasional yang diperkirakan mencapai 23 juta ton pada 2011.Tidak banyak perubahan, konsumsi dalam negeri masih tidak signifikan, ucapnya.Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyatakan produsen luar negeri saat ini lebih memilih menggunakan bahan baku minyak nabati selain CPO karena harganya yang tinggi.Namun, untuk April, harga CPO mulai turun sedangkan yang lain seperti kacang kedelai dan kacang merah mulai naik. Pasti akan naik lagi ekspornya, katanya.Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor CPO pada Maret 2011 turun menjadi US$780 juta dari US$1,34 miliar pada Februari 2011, atau anjlok US$559,7 juta.BPS menyatakan penurunan tersebut didorong oleh penurunan volume ekspor CPO karena peningkatan kebutuhan industri dalam negeri.Persediaan CPO untuk konsumsi dalam negeri, jelas Sahat, masih amat terbatas karena produsen CPO lebih memilih ekspor untuk mengejar harga lebih tinggi.Selama pemerintah belum menegaskan masalah bea keluar CPO, persediaan untuk industri hilir tidak akan meningkat, ucapnya.Ekspor produk berbasis kelapa sawit, menurut Sahat, tumbuh dari US$560 juta pada Februari menjadi US$570 juta pada Maret. Adapun bulan lalu, nilai ekspor margarin, minyak goreng dan produk berbahan utama CPO lain diperkirakan mencapai US$600 juta.Meski ada peningkatan nilai ekspor produk kelapa sawit hilir, dia menyatakan konsumsi minyak sawit mentah masih cenderung stagnan meski telah dibantu oleh penerapan tarif progresif untuk bea keluar CPO.Jika permintaan GAPKI untuk diubah jadi tarif flat dituruti, CPO bisa terbang keluar semua, ujar Sahat.Saat ini, ekspor kelapa sawit Indonesia masih didominasi oleh produk CPO mentah yang mencapai 70% dari total ekspor nasional. Sisanya, seperti minyak goreng, margarin dan oleochemical hanya sekitar 30%.(yn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper