Ketua Umum Asmindo Ambar Tjahyono mengatakan pihaknya bekerjasama dengan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia (LPEI) untuk membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan ekspor yang sampai saat ini telah diterima kredit sekitar Rp40 miliar.
Kami memang masih terbatas mengakses pembiayaan dari perbankan, tapi sumber modal kerja untuk mendukung ekspor harus bisa dipenuhi agar peningkatan kinerja penjualan ekspor pada tahun ini bisa tumbuh sesuai target 22%, ujarnya kepada Bisnis, hari ini
Ambar mengutarakan pihaknya mengkhawatirkan persoalan suku bunga kredit perbankan berpotensi naik dalam dua sampai tiga bulan mendatang yang bisa memberatkan pelaku usaha mebel dan kerajinan untuk bisa meningkatkan poroduksi dan ekspansi pasar.
Untuk itu, diharapkan perbankan bisa lebih memperhatikan sektor permebelan dan kerajinan ini sebagai industri yang termasuk prioritas karena tergolong industri yang masih memiliki prospek bisnis sangat baik dan bisa tumbuh berkelanjutan.
Jadi industri mebel dan kerajinan itu harus dipisahkan dari industri kehutanan yang dianggap sunset, karena kami sangat berbeda kondisinya di mana pelaku usahanya memiliki pangsa pasar yang besar di pasar internasional terutama segmen kelas menengah ke atas.
Ambar menambahkan kalaupun perbankan harus menaikan suku bunga kredit sebaiknya disesuaikan dengan kondisi industri itu sendiri seperti mebel dan kerajinan tidak perlu dinaikan terlalu tinggi dan jangan sampai memperketat persyaratan kredit.
Selama ini, menurutnya, perajin mebel dan kerajinan cukup mendapatkan tekanan mulai dari kenaikan tariff dasar listrik sampai pelemahan nilai tukar dolar AS yang membuat pengusaha sempat mengalami gagal order pada pertengahan tahun lalu.
Untungnya, perajin di daerah itu sangat kreatif meskipun beban biaya produksi yang tinggi tidak bisa dihindari, tapi tetap menghasilkan produk yang berkualitas a.l dengan mengakali efisiensi dengan cara memadukan berbagai bahan baku, ujar dia. (ra)